Hakikat
Frase dan Jenis Frase,Serta
Hubungan
Makna Antara Unsur Frase
1.
PENGERTIAN
FRASE
Frase lazim dikatakan
sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif
(hubungan antara kedua unsur yang membentuk, frase tidak berstruktur subjek –
predikat atau predikat – objek), atau lazim juga di sebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam suatu kalimat. Frase adalah satuan
linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang
tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook 1971:91;Elson and Pickett 1969:73).
Menurut Ramlan frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa ( Ramlan 1985:138). Yang
dimaksud dengan tidak melampaui unsur klausa adalah unsur S, P, O, PEL, KET.
Contoh, Eka sedang membaca majalah di ruang tamu yang terdiri dari beberapa
fungsi yaitu, Eka menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P,
majalah menduduki fungsi O dan di ruang tamu menduduki fungsi KET.
1.1 Penggolongan Frase
Frase dapat di golongkan menjadi :
1.
Berdasarkan tipe strukturnya, maka frase
dapat dibedakan atas :
·
Frase Eksosentris dan Endosentris
2.
Berdasarkan persamaan distribusi dengan
golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi :
·
Frase Nominal
·
Frase Verbal
·
Frase Bilangan
·
Frase Keterangan, dan
·
Frase Depan.
1.1.1
Frase
Eksosentris dan Endosentris
a.
Frase
Eksosentris
Frase
eksosentris adalah frase yang sebagian atau seluruhnya tidak memiliki perilaku
sintaksis yang sama dengan semua komponennya, baik dengan sumbu maupun dengan
preposisi (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:19), frase eksosentris adalah frase
yang tidak berhulu, tidak berpusat atau non-headed (White-hall 1956:9 dalam
Tarigan 1984:94) ataupun noncentered (Cook 1971:90). Sedangkan menurut ramlan
frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
semua unsurnya (Ramlan 1985:142).
Berdasarkan
struktur internalnya, frase eksosentris ini disebut juga relater-axis atau
frase relasional. Dan berdasarkan posisi penghubung yang mungkin terdapat di
dalamnya, maka frase eksosentris atau frase relasional dapat dibagi atas :
a)
Frase preposisi
b)
Frase posposisi
c)
Frase preposposisi
Perlu
diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia hanya mengenal frase preposisi. Namun
untuk menambah pengetahuan kita maka tidak ada salahnya kalau frase posposisi
dan frase preposposisi kita bahas juga.
Ø Eksosentris Direktif (Frase
Preposisi)
Frase preposisi adalah
frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan (Tarigan 1984:94).
Contoh frase preposisi adalah dengan baik, sejak kemarin, di samping. Pada
umumnya frase proposisional berfungsi sebagai keterangan.
Pada dasarnya, frase preposisi
menunjukkkan makna berikut :
·
’tempat’, seperti di pasar dan pada dinding
·
’asal arah’, seperti dari kampung, dari
sekolah
·
’asal bahan’, seperti (cincin) dari emas,
(kue) dari tepung beras
·
’tujuan arah’, seperti ke pasar, ke kampus
·
’menunjukkan peralihan’, seperti kepada
saya,(percaya) terhadap Tuhan
·
’perihal’, seperti tentang ekonomi,
(terkenang) akan kebaikannya
·
’tujuan’, seperti untukmu, buatku
·
’sebab’, seperti karena, lantaran, sebab,
gara-gara (kamu)
·
’penjadian’, seperti oleh karena, untuk itu
·
’kesertaan’, seperti denganmu, dengan ayah
·
’cara’, seperti dengan baik, dengan senang
·
’alat’, seperti cangkul, dengan traktor
·
’keberlangsungan’, seperti sejak kemarin, dari
tadi, sampai besok, sampai nanti
·
’penyamaan’, seperti selaras dengan, sesuai
dengan
·
’perbandingan’, seperti seperti dia, sebagai
bandingan
Ø Frase Posposisi
Frase posposisi atau
post-position adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian
belakang. Frase ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa
yang mempunyaai frase ini adalah bahasa Jepang. Contoh :
ga
”penanda subyek”
heitai
ga, kureta. ”The soldier gave it to me”.
O
”penanda obyek”
Heitai
O, mita. ”I saw a soldier”
de
”by means of; in; on; at”
Kisya
de, kita. ”I come by train”.
Ø Frase Preposposisi
Frase preposposisi
adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan dan di bagian
belakang. Frase ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa
yang menggunakan frase ini adalah bahasa Karo. Contoh :
i
juma nari ”dari ladang”
i
tiga nari ”dari pasar”
i
Bandung nari ”dari bandung”
i
jenda nari ”dari sini”
i
jah nari ”dari sana”
b.
Frase
Endosentris
Frase endosentris
adalah frase yang seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
perilaku salah satu komponennya (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:20-21).
Artinya adalah salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan
keseluruhannya. Frase endosentris adalah frase yang berhulu, yang berpusat,
atau headed phrase (White hall 1956:9 dalam Tarigan 1984:97), yaitu frase yang
mempunyai fungsi yang sama dengan hulunya. Sedangkan menurut ramlan, frase
endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,
baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan 1985:142).
Frase endosentris dapat dibedakan
menjadi tiga golongan, yaitu :
a)
Endosentris koordinatif
b)
Endosentris atributif
c)
Endosentris apositif
a.
Endosentris
Koordinatif
Frase ini terdiri dari
unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan
unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya:
- Rumah pekarangan
- Suami istri
- Dua tiga
- Ayah ibu
- Pembinaan dan pengembangan
- Pembangunan dan pembaharuan
Zaenal Arifin dan
Junaiyah (2008), frase koordinatif adalah frase endosentris berinduk banyak,
yang secara potensial komponennya dapat dihubungkan dengan partikel dan, ke,
atau, tetapi, ataupun konjungsi korelatif, seperti baik ...maupun dan makin ...
makin (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:25). Kategori frase koordinatif sesuai
dengan kategori komponennya. Contoh :
a. Kaya
atau miskin, kaya ataupun miskin, kaya dan miskin; dari, untuk, dan oleh
rakyat, untuk dan atas nama klien; pintar, tetapi congkak
b. Baik
merah maupun biru, entah suka entah tidak (suka), makin pagi makin baik, makin
tua makin bermutu.
Perhatikan bahwa kata yang dapat
digabungkan hanya kata yang berkategori
sama, seperti merah-biru, tua-bermutu,
suka-(tidak) suka, dan pagi-baik.
Jika tidak menggunakan partikel,
gabungan itu disebut frase parataktis, seperti tua muda, besar kecil, hilir
mudik, keluar masuk, pulang pergi, naik turun, makan minum, ibu bapak, dan kaya
miskin.
b.
Endosentris Atributif
Berbeda dengan
endosentrik koordinatif, frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak
setara. Karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata
penghubung dan atau atau. Misalnya :
- Pembangunan lima tahun
- Sekolah Inpres
- Buku baru
- Pekarangan luas
- Orang itu
- Malam ini
Kata-kata yang dicetak
miring dalam frase-frase diatas, yaitu kata pembangunan, sekolah, buku,
pekarangan, orang, malam, merupakan unsur pusat (UP), yaitu unsur yang secara
distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur
yang terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atribut (Atr).
c.
Endosentris Apositif
Dalam klausa surti anak
pak Tejo sedang belajar, satuan Surti, anak pak Tejo juga merupakan frase.
Frase ini memiliki sifat yang berbeda dengan frase endosentrik yang koordinatif
dan yang atributif. Dalam frasse endosentrik yang koordinatif unsur-unsurnya
dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau, dan dalam endosentrik
yang atributif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau atau dan secara semantik ada unsur yang terpenting, yang lebih penting
dari unsur lainnya. Dalam frase Surti anak pak Tejo unsur-unsurnya tidak dapat
dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau dan secara semantik unsur yang
satu dalam hal ini unsur anak pak Tejo, sama dengan unsur lainnya, yaitu sama
dengan unsur Surti. Karena sama unsur anak pak Tejo dapat menggantikan unsur
Surti :
Surti, anak pak Tejo, sedang belajar
Surti, - ,sedang belajar
- , anak pak Tejo sedang belajar
Unsur Surti merupakan UP, sedangkan
unsur anak pak Tejo merupakan aposisi (Ap).
Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008), frase
apositif adalah frase endosentris berinduk banyak yang secara luar bahasa
komponennya menunjuk pada wujud yang sama (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:25).
Contohnya :
Ria, anak kakakku yang tinggal di
palembang,
Megawati Soekarnoputri, salah seorang
mantan Presiden Republik Indonesia,
Para buruh menolak – membangkang – masuk
kerja.
Dia tidak miskin – walaupun tidak kaya –
1.1.2 Frase Nominal, Verbal, Bilangan,
Keterangan dan Frase Depan
Berdasarkan persamaan distribusi dengan
golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi empat golongan,
yaitu :
- Frase Nominal
- Frase Verbal
- Frase Bilangan
- Frase keterangan
Di samping itu, ada
frase yang tidak memiliki persamaan distribusi dengan golongan kata, yaitu yang
disebut frase depan, sehingga seluruhnya terdapat lima frase yang akan dibahas
satu persatu.
1. Frase Nominal
Frase nominal adalah
frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal (Ramlan 1985:145).
Persamaan distributif itu dapat diketahui dengan jelas dari jajaran :
Contoh : - ia membeli baju baru
ia membeli baju baru
Frase baju baru dalam
klausa diatas mempunyai distribusi yang sama dengan kata baju. Kata baju
termasuk golongan kata nominal, karena itu frase baju baru termasuk golongan
frase nominal. Contoh-contoh lain :
- Mahasiswa lama
- Gedung sekolah
- Kapal terbang itu
- Jalan raya ini
1.1. Kategori Kata atau Frase yang
Menjadi Unsurnya
Secara kategori frase nominal mungkin
terdiri dari :
1).
N diikuti N, artinya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP,
diikuti oleh kata atau frase nominal sebagai UP atau Atr. Jadi semua unsurnya
berupa kata atau frase nominal. Misalnya :
v Rumah
pekarangan
v Ayah
ibu
v Suami
istri
v Kakak
saya
Frase rumah pekarangan, ayah ibu, suami
istri, dan kakak saya terdiri dari kata nominal semua, yaitu kata rumah, ayah,
suami, dan kakak sebagai UP, diikuti kata pekarangan, ibu, istri dan saya
sebagai UP pula.
2) N diikuti V, artinya terdiri dari
kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti kata frase verbal sebagai Atr.
Misalnya :
v Orang
bertopi
v Ayah
bekerja
v Adik
bermain
3) N diikuti Bil, artinya frase ini
terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti oleh kata atau frase
bilangan sebagai Atr. Misalnya :
v Orang
dua
v Telur
tiga butir
v Sawah
lima petak
v Harimau
lima ekor
4) N diikuti Ket, artinya frase ini
terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti kata atau frase
keterangan sebagai Atr. Misalnya :
v Koran
kemarin pagi
v Buku
tahun kemarin
v Nasi
tadi pagi
v Orang
tadi
5) N diikuti FD, artinya terdiri dari
kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti kata atau frase depan sebagai Atr.
Misalnya :
v Beras
dari tetangga
v Kereta
api ke Surabaya
v Pisang
dari Ambon
6) N didahului Bil, artinya terdiri dari
kata atau frase nominal UP, didahului oleh kata atau frase bilangan sebagai
Atr. Misalnya :
·
Sepuluh ekor ayam
·
Lima batang kayu
·
Dua buah sepeda baru
7) N didahului Sd, artinya terdiri dari
kata atau frase nominal sebagai UP didahului oleh kata atau frase sandang
sebagai Atr. Misalnya ;
·
si Ahmad
·
sang Pujangga
1.2. Hubungan Makna antar Unsur-unsurnya
Pertemuan unsur-unsur
dalam suatu frase menimbulkan hubungan makna. Misalnya pertemuan kata rumah
dengan kata pekarangan dalam frase pekarangan rumah menimbulkan hubungan makna
’penjumlahan’. Di samping itu, mungkin juga menimbulkan hubungan makna
’pemilihan’. Hubungan makna itu secara jelas ditandai oleh kemungkinan
diletakkannnya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya, yang menjadi
pekarangan dan rumah atau pekarangan atau rumah.
Kemungkinan hubungan-hubungan makna
dalam frase nominal tersebut adalah sebagai berikut :
Ø Penjumlahan
Makna ini ditandai oleh kemungkinan
diletakkannya penghubung dan diantara kedua unsurnya. Misalnya :
ü Suami
(dan) istri
ü Pekarangan
(dan) rumah
ü Nusa
(dan) bangsa
ü Pemilihan
Kemungkinan diletakkannya kata atau
diantara unsurnya. Misal :
ü Ayah
atau ibu
ü Dua
atau tiga tahun lagi
ü Empat
atau lima kilo beras
ü Kesamaan
Kesamaan ini ditandai
dengan kemungkinan diletakkannya kata adalah diantara unsurnya, misal
Lubuklinggau kota madani yang secara semantik unsur Lubuklinggau sama dengan
kota madani. Contoh lain :
·
Bapak SBY presiden RI
Bapak SBY adalah
presiden RI
·
Kakak saya Ahmad
Kakak saya adalah ahmad
·
Rahmad mahasiswa STKIP
Rahmad adalah mahasiswa
STKIP
Penerangan
Maksudnya adalah fungsi
Atr sebagai penerang UP, contoh buku baru, kata buku berfungsi sebagai UP dan
kata baru sebagai penerang dari kata buku. Hubungan makna ini ada kemungkinan
diletakkannya kata yang diantara unsurnya sehingga kata buku baru menjadi buku
yang baru. Contoh lain :
Pohon rindang
Binatang buas
Acara terakhir
Pembatas
Dalam hal ini unsur Atr
berfungsi sebagai pembatas UP, contoh rumah fauzi yang menyatakan makna rumah
(milik) fauzi. Hubungan makna ini ditandai tidak mungkinnya diletakkan kata
yang, dan, atau, dan adalah diantara unsur frase N yang terdiri dari N diikuti
N. Contoh lain :
Anggota DPR
Buku sejarah
Pembangunan daerah
Penentu atau Penunjuk
Hubungan makna ini
berkemungkinan diletakkannya kata penunjuk ini atau itu yang berfungsi sebagai
penunjuk UP, kata penunjuk bukan menyatakan makna ’penerang’ sekalipun dapat di
tambahkan kata yang diantara unsurnya, dan bukan pula menyatakan makna
’pembatas’ tetapi menyatakan makna penentu atau penunjuk. Contoh :
Rumah itu
Mahasiswa yang rajin itu
Pekarangan ini
Mobil ini
2. Frase
Verbal
Frase verbal
atau frase golongan V adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
kata verbal. Persamaan distribusi itu dapat diketahui dengan jelas dari jajaran
:
Contoh : Rachmad sedang makan roti di
ruang tamu
Rachmad – makan roti di ruang tamu
Frase sedang makan dalam klausa di atas
mempunyai distribusi yang sama dengan kata makan. Kata makan termasuk golongan
V. Karena itu frasse sedang makan juga termasuk golongan V. Contoh lain :
- Akan pergi
- Dapat menyanyi
- Sudah pulang
- Sedang makan
Kata pergi, menyanyi,
pulang, dan makan termasuk golongan kata verbal, sedangkan kata akan, dapat,
sudah dan sedang termasuk golongan kata tambah (T). Kata-kata tambah tersebut
seperti akan, sudah, sering, dapat, sedang, baru dan tidak.
Zaenal Arifin dan
junaiyah (2008), frase verbal adalah frase yang terdiri dari atas gabungan
verba dan adverba atau gabungan verba adverbia atau gabungan verba dan
preposisi gabungan (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:22).
Contohnya :
1. Pergi kerja, bangkit berlari, tegak
berdiri
2. Pulang pergi, makan minum
3. Berlari cepat, berjalan mundur,
bernyanyi merdu, cepat berlari.
3. Frase Bilangan
Frase bilangan ialah
frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan (Ramlan
1985:162). Misalnya frase dua ekor dalam dua ekor ayam, frase ini mempunyai
distribusi yang sama dengan dua, persamaan tersebut dapat dilihat dari
jajarannya :
Dua ekor ayam
Dua – ayam
Kata dua termasuk
golongan kata bilangan, karena itu frase dua ekor ayam termasuk ke dalam
golongan frase bilangan. Contoh lain :
Lima botol (minyak goreng)
Tujuh drigen (bensin)
Sepuluh mangkok (bakso)
Kata lima, tujuh,
sepuluh diatas termasuk golongan kata bilangan, sedangkan botol, drigen dan
mangkok termasuk golongan kata penyukat. Jadi frase bilangan tersebut terdiri
dari unsur kata bilangan diikuti kata penyukat.
Zaenal Arifin dan Junaiyah
menyebut frase ini dengan frase numeral yaitu, frase yang terdiri atas
numeralia sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan
subordinatif dengan nomina penggolongan bilangan dan nomina ukuran (Zaenal
Arifin dan Junaiyah 2008:24). Contohnya :
tujuh belas, tiga puluh, lima puluh
dua lusin, empat gros, lima botol
4. Frase Keterangan
Frase keterangan ialah
frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan. Misalnya
frase tadi pagi yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata tadi.
Peersamaan tersebut dapat diketahui dari jajarannya :
Tadi pagi dewi pergi kuliah
Tadi – dewi pergi kuliah.
Kata-kata keterangan seperti tadi,
kemarin, nanti, besok, lusa, sekarang contoh lain misalnya :
Kemarin pagi paman datang.
Nanti malam ayah mulai ronda.
Besok saya pergi ke bandung.
5. Frase Depan
Frase depan ialah frase
yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase
sebagai aksinya. Misalnya :
di sebuah kota
di toko ayah
sejak kemarin sore
Frase di sebuah kota
terdiri dari kata depan di sebagai penanda, diikuti oleh frase sebuah kota
sebagai aksinya, dan begitu juga dengan frase sejak kemarin sore yang terdiri
dari sejak sebagai kata depan dan frase kemarin sore sebagai aksinya.
PENUTUP
A. SIMPULAN
Frase adalah satuan
gramatikal yang secara potensial berupa gabungan kata yang terdiri dari dua
kata atau lebih yang tidak melampaui batas dan mempunyai sifat nonpredikatif.
Frase dapat dibedakan menjadi :
1. Frase Eksosntris dan Endosentris
Frase Eksosentris :
Eksosentris Direktif (frase preposisi)
Frase posposisi
Frase preposposisi
Frase Endosentris ;
Endosentris Koordinatif
Endosentris Atributif
Endosentris Apositif
2. Frase Berdasarkan Persamaan
Distribusi
Frase Nominal
Frase Verbal
Frase Bilangan
Frase Keterangan
Frase Depan
B. SARAN
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih
banyak bahkan lebih lengkap tentang pembahasan Sintaksis, pembaca dapat membaca
dan mempelajari buku-buku Sintaksis dari berbagai pengarang, karena di dalam
makalah ini penulis hanya membahas garis besarnya saja tentang pembahassan
Sintaksis dan hanya membahas lebih dalam tentang frase.
Di sini penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan makalah-makalah selanjutnya
sangat diharapkan.