Selasa, 27 November 2012

Cerpen: Pernikahan LALA *Episode Terakhir*

Akhirnya setelah menunggu satu minggu, kini Pernikahan LALA episode terakhir cin ... yuk mari dilahap, jangan lupa koreksi atau pendapatnya :)

-----------------------------------------------------

“Din … elo sakit ya ?”
“enggak, hari ini aku bener-bener capek banged, aku balik dulu ya.”
“mau gue anter ?”
“enggak usah la, kamu istirahat aja.”
Di metro jurusan Kp. Melayu – Kp. Rambutan aku duduk sendiri, maklum hari itu sudah agak malam jam 9 lewat. Biasanya kalau sudah jam segini metro agak susah didapat, untung aja aku masih menemukan metro … mungkin ini yang terakhir, kalau tidak dapat bisa-bisa aku naik ojek.  Agak sedikit risih memang, karena akhir-akhir ini banyak sekali pemberitaan pemerkosaan diatas kendaraan umum, semoga saja Allah selalu bersama ku.

Malam ini aku tidak bisa tidur, itu karena pikiranku melayang kepada mas hakim, jangan-jangan dugaan ku selama ini benar,  bahwa mas Hakim adalah salah satu calon korupsi. Buktinya, dia selalu memberikan apapun yang diminta lala, entahlah … semoga pernikahan lala bisa berjalan dengan baik.

****
H-3
“Din … kalau gue nanti pergi dari loe,loe baca surat gue yang dilemari itu ya.” Ujar lala sambil menunjuk lemari pakaiannya.
“maksud kamu la ?”
“haduhw … loe itu lola ya din, maksud gue kalau gue nanti pergi, loe jangan lupa baca surat gue, ngerti ?”
Aku semakin tak faham dengan ucapan lala.
“lala aku bener-bener enggak faham sama ucapan kamu, maksud kamu pergi sama mas hakim ?”
Lala mengangguk. Ohw … aku kira pergi ke … sudahlah atak usah diteruskan.

****
Malam H-1
“La … kamu baik-baik aja kan ?”
Aku lihat lala semakin mendekati hari pernikahan, semakin pucat yang lebih anehnya dia tidak bercerita apa-apa denganku.
“gue baik-baik aja kok din, Cuma agak nervous aja besok.”
“itu hal biasa kok la, banyak orang yang merasa nervous saat menghadapi pernikahan, itu namanya sindrom pra nikah … banyak sekali orang yang akhirnya menikah walaupun tadinya mereka takut menikah, tetapi tidak sedikit mereka yang kabur dari pernikahan karena membayangkan pernikahan yang bukan-bukan.”
Lala hanya tersenyum mendengar penjelasanku.
“ternyata loe banyak tahu ya din, gue bersyukur punya sahabat kayak elo.”
“semoga besok pernikahan kamu berjalan dengan lancar ya la.”
“semoga din.” Tetapi tatapan mata lala kosong, seakan-akan dia tak yakin besok semuanya akan baik-baik saja.

*****
Hari ini, aku dan ibu sangat repot di gedung pernikahan lala dan mas hakim, maklum keluarga lala memang tidak ada. Bunga-bunga ucapan selamat telah berderet di pintu masuk, mulai dari teman-teman mas hakim yang di DPR sampai pak edi mantan lala. Aku sendiri belum melihat lala pagi ini, karena sesampainya di gedung aku harus melihat semua persiapan-persiapan mulai dari cinderamata, konsumsi, pagar  ayu, fotografer  alhamdulilah semuanya udah sip. Para tamu undangan juga sudah memenuhi ruangan, wajah mereka terlihat ceria, barusan aku telpon mas hakim, katanya dia sedang di jalan bersama keluarga besarnya. Teman-teman SMA dan kuliah juga sudah banyak yang hadir, Alhmadulilah mereka datang juga.

“hey … din, kamu cantik banget hari ini.”
“eh syarifah …. Alhamdulilah, makasih fah.”
“si lala nya mana din ?”
“oh … dia lagi di dandanin fah, aku juga belum liat si.”
“pastinya cantik benget ya din.”
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan syarifah, lala memang cantik, amat cantik malah,  makanya orang seperti mas hakim bisa suka kepadanya.
“ohw … begini aja gedungnya ?”
Sepertinya suara ini.
“reni ?”
“jadi begini aja gedung pernikahan seorang lala, yang digembar-gemborkan nikah dengan wakil dpr ?”
“maksud kamu apa ren ngomong gitu ?”
“kamu ngertilah maksud aku.” Ia pun tersenyum sinis. Tapi aku bener-bener enggak ngerti maksud reni.
“sebenarnya aku enggak mau datang kesini,  cuma tadi pagi ada berita yang menyampaikan bahwa salah satu wakil dpr yang bernama Hakim Diraja telah tersangkut kasus korupsi bersama nazar dan udin, karena penasaran makanya aku datang kesini.” Tambahnya.
Ya ampun ternyata benar mas hakim tersangkut kasus korupsi , aku pergi meninggalkan reni dan syarifah.
“din … mau kemana kamu.”
“paling-paling dia mau lihat calon pengantin wanita.” Terdengar suara reni setengah berteriak.
Benarkah mas hakim terlibat korupsi ? lalau bagaimana pernikahannya dengan lala hari ini ? bagaimana kondisi lala ? berbagai macam pertanyaan muncul di benakku.  Sesampainya di ruang rias, aku berusaha membuka pintu itu, tetapi tidak bisa sepertinya di kunci dari dalam.
“la… ini aku dini, boleh aku masuk ?”
Tidak ada jawaban, tetapi hanya terdengar suara kunci di buka dari dalam … kreek … pintu terbuka.
“silahkan mba.” Dengan gayanya yang kemayu, seorang cowok tulen mempersilakan aku masuk. Aku baru tahu, kalau tata rias lala seorang banci.
“la …” sungguh aku takjub, melihat lala memakai baju pengantin muslimah lengkap dengan jilbabnya, tata riasnya yang natural membuat kecantikan lala terlihat jelas. Lala pernah bilang sama aku, suatu saat nanti dia akan berjilbab , mungkin ini saatnya menutup auratnya.
“la …” panggil ku lagi.
“jeng lala nya lagi tidur cin …”kata seorang perias yang satunya.
“tidur  ?”
“bener cin … tadi setelah dia memakai baju pengantin ini, dia minta di foto dan setelah itu dia bilang mau tidur.” Dengan gaya khas nya seorang banci, si penata rias itu menjelaskan kepada ku.
“liat deh cin … fotonya cantik pisan euy.” Aku melihat sekilas foto yang terpampang di layar hp lala. Subhanallah, cantik. Tetapi sepertinya ada yang tidak beres dengan lala, biasanya lala kalau mendengar suara sedikit saja, dia pasti terbangun, tetapi ini tidak … Ya Rabb … jangan-jangan lala …
“la.” Panggil ku.
“la.” Aku pun mengguncangkan tubuh lala, tetapi dia tetap tidak bergeming. Aku memeriksa nadinya, Astghfirullah, nadinya tak berdenyut. Innalilahi Wa Inna Ilaihi Rojiun …

-----
Semua orang hadir,  kebanyakan dari mereka memakai baju batik dan kebaya. Ada yang berdandan menor, ada yang natural. Yah … kami datang untuk lala, tetapi bukan untuk kepernikahannya tetapi untuk menganarnya ke perisitirahatan terakhirnya. Mas Hakim juga hadir disana, setelah pemakaman usai, polisi langsung memborgol tangan mas hakim.
“Din … maafkan saya, saya telah mengecewakan sahabat kamu, saya tidak tahu kalau lala bisa senekat ini.”  Aku hanya diam tak tahu harus menyahut apa,
“Din … ini.” Mas hakim memberikan aku sebuah kalung permata, aku berusaha menolak tetapi mas hakim bersikeras agar aku menerima kalung itu.
“Din .. tadinya kalung ini akan sebagai mahar saya untuk  lala, dan sekarang mahar ini sudah tidak ada gunanya lagi din … saya kira lala akan senang jika kalung itu kamu yang memakainya.”
Tiba-tiba seorang polisi mendekat.
“maaf pak, waktu anda sudah habis.”
Kemudian, mas hakim pergi meninggalkan ku,
meninggalkan tatapan orang –orang yang hadir di pemakaman,
meninggalkan pemakaman lala yang masih basah oleh taburan  bunga melati.
Yah … begitulah akhirnya pernikahan lala, polisi menyatakan  lala bunuh diri dengan motif malu karena calon pengantin pria adalah koruptor.

-------

“Din … kalau nanti gue pergi dari loe,loe baca surat gue yang dilemari itu ya.”

Kata-kata itu terngiang-ngiang di otakku.  Setelah pemakaman usai, aku segera ke apartemen lala, kalau memang benar lala menulis surat itu, berarti lala telah merencanakan semua ini.  Aku tak kuat membuka pintu apartemen lala, saat aku masuk, masih terdengar suara lala disini, suara nyanyiannya, canda tawanya.  Perlahan aku membuka pintu lemari yang ditunjuk lala waktu itu. Hatiku memekik, ada selembar amplop berwarna biru muda terselip dibawah baju-baju lala. Aku pun mulai membaca surat itu.


Buat sahabat gue : DINI

Din …
mengenal loe sejak SMA,  membuat gue tambah kagum sama loe, berawal dari kenalan kita di kelas XI-A. Loe  begitu baik, tampak kaget ketika loe mendengar gue tinggal di panti dekat sekolah kita. Hanya loe din … dari dulu sampai sekarang yang masih sama gue. Orang-orang bilang gue sombong, jutek, belagu dan mereka menjauh dari gue, tapi elo din … Cuma elo yang dari dulu gue jutekin, terkadang gue hina dan sering gue caci masih ada disamping gue hingga sekarang. Gue bersikap begitu hanya ingin  tau mana yang bener-bener teman gue, mana yang bukan dan ternyata hanya elo din temen gue di dunia ini dan mungkin mas hakim yang akan menjadi calon suami gue (kalau jadi).

Din … gue mau ngucapin terimakasih banget buat elo, yang udah nemenin gue selama ini. Kalau gue jadi elo, mungkin gue enggak tahan dengan sikap-sikap gue yang seperti itu, dan pergi mencari sahabat-sahabat yang lebih sempurna, tetapi itu enggak elo lakuin din … mengenal loe, gue jadi belajar apa itu arti sahabat.

Din … maaf, sebenanarnya gue enggak ada maksud mengacaukan acara pernikahan gue, yang udah lama gue idam-idamkan kan din, tetapi tiba-tiba saja mas hakim bilang kalau dia salah tersangka korupsi yang 3 tahun lalu dia perbuat, mas hakim bilang dulu dia bener-bener enggak ngerti din … karena dia baru duduk di bangku DPR, dia hanya setuju dan menandatangani tanpa mempelajari semuanya, dan setelah tanda tangan proyek itu, setiap bulan rekeningnya selalu bertambah, waktu dia tanya sama atasannya mereka bilang “itu hasil tanda tangan kamu” tanpa memperjelaskan secara rinci. Inilah Hasilnya din … dia tersangka Koruptor pada pembangunan wisma atlet sea games.

Din … mas hakim cerita, waktu mas hakim ketemu sama nazar dan udin dia liat loe, mungkin itu sebab muka loe pucat sewaktu pulang dari mall, loe lihat mas hakim sama tersangka korupsi pembangunan sea games kan ? mungkin, elo berpikir bahwa mas hakim terlibat korupsi juga dan itu yang menjadi beban loe kan din, kenapa loe enggak cerita sama gue ? Din … pada awalnya memang mereka terlihat akrab sekali, tetapi suasana menegang saat si Udin bilang bahwa mas hakim juga terlibat korupsi yang sama dengan si Nazar dan Udin. Mas hakim kalut din,sedangkan pernikahannya sama gue tinggal seminggu lagi. Dia aja kalut, gimana gue din ? tapi mas hakim bilang sama gue, dia bener nyesel dan dia enggak nyangka kalau itu adalah sebuah korupsi. Tapi semuanya udah telat din …

Din … jujur, gue kaget banget, gue bingung din … disaat hari-hari yang gue tunggu tiba, disaat itu juga mas hakim harus dibawa ke hotel prodeo. Din … elo tau kan, gimana bencinya teman-teman sama gue, pasti mereka tersenyum diatas penderitaan gue din … mereka akan bertepuk tangan, mereka akan bersorak-sorak, gue harap loe enggak ikut dengan euforia mereka ya!  Din … gue enggak kuat melihat itu semua din … gue enggak kuat ngebayangin setelah akad gue,  mas hakim di borgol tangannya didepan para tamu undangan, dan semua para tamu undangan pasti akan bertanya-tanya sama gue, dan mereka akan bilang kalau gue janda kembanglah, pernikahan malang lah … gue enggak sanggup menghadapi itu semua din …

Din … minggu-minggu ini,  adalah hari paling berbahagia buat gue, walaupun gue enggak jadi nikah, paling enggak gue bisa duduk di gedung pernikahan dengan memakain baju pengantin din. Maaf juga kalau gue harus mengakhiri hidup gue dengan cara seperti ini din.

Din … maaf gue meninggalkan elo buat menanggung malu gue,
Maaf … kalau selama hidup gue, gue hanya bikin elo susah
Maaf … kalau gue menjadi pengecut
Maaf … kalau gue harus ninggalin loe sendiri
Maaf … Maaf … Maaf banged din …

Din … gue harap loe nanti dapet jodoh yang baiknya sama kayak elo,
Din … gue harap loe enggak nyesel udah milih gue jadi sahabat loe
Din … untuk terakhir kalinya gue bilang
“GUE …. SAYANG …. BANGET … SAMA … ELO ……”



La … seandainya kamu bisa lebih bersabar, mungkin tidak akan seperti ini jadinya. La …. Aku juga sayang sama kamu la, semoga kamu tenang dialam sana. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar