Selasa, 23 Oktober 2012

Cerpen : Pernikahan Lala

buat kamu-kamu yang lagi BT , moga dengan baca "Pernikahan LALA"jadi enggak BT yah ....

yuk mari dibaca



“Pokoknya loe harus dateng titik.” Ujar Lala kepada ku.

Yah … setelah bergonta-ganti pacar, akhirnya sahabat dekatku lala menikah juga. Entah karena mujur atau apa, lala mendapatkan calon suami seorang wakil rakyat yang berkantor di istora senayan, tetapi entah kenapa, aku kurang suka dengan calon suami lala, dia begitu royal memberikan apapun yang lala mau, mulai dari BB, apartemen mewah, sampai mobil yang harganya milyaran diberikan untuk lala seorang, huh … kontras sekali dengan rakyat Indonesia yang mau makan pake tempe saja susahnya minta ampun.

“Din, elo enggak denger omongan gue ya ?”

“eh… maaf la, emang kamu ngomong apa ?”

“duhw … cin, gue tadi bilang, kalau gue minta loe untuk nyebar undangan ke teman kampus dan teman sma kita.”

“loh ko aku ?”

“ya ialah loe, siapa lagi yang sekelas sama gue dari sma sampai kuliah ? just you.”

“tapi la, ada baiknya undangan pernikahan itu dianter oleh calon pengantin, bair lebih afdhol gitu.”

“what’s ? gue nganter-nganter undangan ke teman sma kita ? haloooo … loe tau kan tempat teman kita itu enggak ada yang layak, lewatin jalan-jalan yang dikanan-kirinya got yang warnanya luar biasa hitam, belum lagi nanti gue harus pasang muka senyum didepan mereka hufft … ogah deh gue.”

“la … biar begitu juga mereka teman kita, lagian aku merasa tersinggung sama kamu, aku kan juga tinggal di tempat seperti la.”

“sory ya cin … gue tuh enggak nyinggung loe, cuman gue mau nunjukin sama teman-teman loe itu bahwa gue sekarang udah hidup mapan, gue yakin mereka akan kaget terima undangan pernikahan gue.” Lala tersenyum sinis.



Aku jadi ingat sewaktu sma dan kuliah dulu, ketika aku pertama kali bertemu lala. Dia adalah teman ku satu-satunya yang tinggal disebuah panti asuhan didekat sekolah.  Semua teman mengejek nya anak haram, hanya aku satu-satunya teman yang tidak mengejek dan menemani kemanapun dia pergi. Otak lala biasa-biasa saja, tetapi entah kenapa dari dulu hingga sekarang lala tidak pernah berubah, sombong, dia tidak pernah sedkitpun menghiraukan ejekan teman-temannya, karena panti asuhan tempat dia tinggal memenuhi segala kebutuhannya. Tidak jarang lala membeli tas atau sepatu bermerek.



Setelah lulus aku dan lala memsuki kampus dan jurusan yang sama, Jurnalistik. Dikampus lala semakin menjadi-jadi, dia selalu berdandan seksi.

“ia, biar cowok-cowok kaya naksir sama aku.” Saat kutanyakan alasan dia memakai pakaian seperti itu.

“kamu sendiri ngapain din pakai-pakaian kuno kayak gitu ?” lala memandang aku dari ujung kaki sampai ujung kepala.

“la … ini bukan kuno, tetapi memang sesuai dengan ajaran islam.” Aku memang berniat memakai jilbab setelah memasuki kuliah. Tidak seperti waktu sekolah setelah pulang, aku akan menggulung jilbabku lalu menyimpannya di tas.



Usaha lala sepertinya berhasil, tidak kurang dari satu minggu dia akan bergonta-ganti pacarnya, seingatku paling lama sebulan. Setelah lulus kuliah lala bekerja di sebuah perusahaan property milik kekasihnya, walaupun sudah memasuki umur 40an, lala enjoy saja.

“la,mungkin kalau ayahmu masih hidup umurnya seperti pak edi.”ujarku suatu ketika.

“haduwh … loe enggak usah nyinggung-nyinggung deh, mau dia seumuran bapak gue, kakek gue yang penting gue suka sama dia titik.”

Tetapi belum genap enam bulan lala putus dengan pak edi.

“sialan din … gue didamprat abis-abisan sama nenek sihir itu.”

“ya udah kamu jangan ulangin kesalahan itu lagi ya la, aku juga sebagai wanita akan mempertahankan keluarga ku.”

“kok elo jadi nyalahin gue si din ? emang si edi nya aja tuh boong ama gue, dia bilang duda ditinggal mati 5 tahun yang lalu, yah gue percaya-percaya aja.” Ujar lala sewot.

Aku hanya tersenyum, ada ya orang seperti pak edi, yang mengaku isterinya meninggal 5 tahun yang lalu. Padahal kemarin dia datang ke apartemen lala, tanpa kekurangan sesuatu apapun. Belum satu bulan putus dari pak edi, lala sudah mengenalkan aku dengan pacar barunya.

“mas … kenalin ini teman baik aku namanya Dini.”

“Din … ini pacar gue, namanya mas Hakim, dia ini anggota dewan loh.” Ujar lala bangga.

Aku tak menyangka hingga saat ini, lala masih bertahan dengan mas hakim, malah sampai ke jenjang pernikahan.

“la … kamu serius sama mas hakim ?”

“ya ampun din … kamu ini gimana si, aku udah nyebar 1500 undangan, kamu masih tanya aku serius atau enggak ?”

“la … aku cuma tanya keseriusan kamu untuk menikah dengan mas hakim, lagian sekarang kan banyak anggota dewan yang dipanggil ke KPK.” Ujar ku mengingatkan.

“jadi loe nuduh mas hakim itu tersangkut korupsi gitu ?”

“aku enggak nuduh la, cuma kamu harus waspada .”

“bilang aja loe iri sama gue, iya kan ?”

“astaghfirullah la, aku kan sahabat kamu, masa kamu berpikir seperti itu ?”

“ya ialah siapa si yang enggak suka sama mas hakim ? ganteng, tajir, anggota dewan pula.”

“la … aku enggak sepicik yang kamu pikir.”

“mana gue tau,kan banyak orang yang berjilbab kaya elo Cuma mau nutupin aib.” Matanya melotot dan  menunjuk jilbab ku.

“la … kamu kok tega si ngomong seperti itu sama aku ?”

“kenapa enggak, lagian gue liat dari sma sampai sekarang, loebelum pernah pacaran atau jangan-jangan loe …” mata lala penuh berputar-putar.

“jangan-jangan apa la ?”

“loe mau denger ?”

Aku mengangguk.

“jangan-jangan kamu L e s b i.”

Kata-kata itu begitu menusuk hatiku, tidak ku sangka lala sahabatku berkata seperti itu. Setelah hampir 8 tahun kami berteman, lala menuduh aku yang bukan-bukan. Aku tidak bisa berlama-lama disini.

“din … loe mau kemana ? din … ? gue cuma ….”

Aku tidak mendengar lanjutan kata-kata lala, aku terus turun dari apartemen lala yang begitu mewah. Aku memang tidak pantas disini. Linangan air mata terus menghujani pipiku. Bersambung ….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar