Selasa, 27 November 2012

Cerpen: Pernikahan LALA *Part II*

Buat teman-teman yang udah enggak sabar baca cerita Pernikahan LALA sok mangga di lahap sekarang ... komennya jangan lupa :)

----------

“Din … ada lala tuh.”
Lala main ke rumah ?  seingat aku dia belum pernah main ke rumah sejak lulus sma.
“bilang aja aku lagi tidur bu.”
“din … kalau marahan itu enggak boleh dari tiga hari.”
“aku udah enggak marah sama lala kok bu, Cuma masih segen aja ketemu sama dia.”
“din … lala itu butuh kamu.”
Kalau ibu udah ceramah, bisa panjang kali lebar neh urusan.
“iya bu, nanti dini ke depan.”
“jangan lama-lama din, kasian lala nunggu diluar.”
“diluar ? emang ibu enggak kasih dia masuk ? atau emang dia udah enggak mau masuk ke rumah kita ?” tadinya aku berpikir lala sadar, tetapi ternyata duduk dirumah ku saja dia tidak mau.
“hussh … kamu engak boleh soudzon gitu, lala nunggu diluar karena malu, dia ngerasa bersalah banged sama kamu, makanya dia enggak mau duduk kalau bukan kamu yang nawarin.” Setelah berkata seperti itu, ibu ku pun keluar. Sebenarnya aku rindu sama lala walaupun dia terkadang sombong, atau nyebelin tetapi dia sudah kuanggap saudara sendiri.
“jadi …. Mau nunggu diluar terus.”
Lala menoleh kepada ku.
“din …. Maaafin gue ya, gue nyesel ngomong seperti itu sama loe, gue telpon enggak loe angkat, gue sms enggak loe bales, din … tadinya gue cuma niat ngegodain elo doang tapi loe udah keburu pergi.”
Aku masih diam.
“din … loe masih marah sama gue ya ?”
“kenapa kamu nyangkain aku suka sama mas hakim ?” tanyaku.
“Din … kan gue udah bilang sama loe, gue cuma becanda , abis loe dari dulu sampai sekarang gue liat enggak pernah punya cowok, loe tau mas hakim kan ? ganteng, tajir, dan anggota dewan pula, dan anehnya loe sama sekali enggak ada senyum-senyumnya sama tuh orang, kan gue jadi aneh din … lagian disekeliling mas hakim banyak banged cewek yang cari perhatian sama dia dan gue liat cuma elo satu-satunya orang yang enggak kepicut sama dia.” Lala terus nyerocos tiada henti.
“denger penjelasan aku yah NUR  LAILA … aku enggak tertarik sama mas hakimmu justru karena dia anggota dewan, dan waktu sma aku belum pacaran karena memang enggak ada yang aku suka, dan kalau sekarang aku belum pacaran karena aku ingin mencari calon suami bukan pacar.” Ujarku.
“gue si enggak ngerti cara pemikiran elo,tapi  yang penting loe udah enggak marah kan sama gue ?”
aku kembali diam.
“Din kalau elo marah, siapa yang nganter undangan gue ke temen-temen, ayo dong pliss cin, gue kan enggak punya siapa-siapa selain elo  … udah ya enggak usah marah lagi, gue rela loe suruh ngapain aja, yang penting elo enggak marah sama gue.”
Tadinya aku agak sedikit tersinggung sama lala, berarti dia minta maaf sama aku karena dia mau minta tolong sebar undangan. Tapi setelah berpikir lagi, ada benarnya ucapan lala. Setelah tamat SMA lala memilih keluar dari panti asuhan yang mengasuhnya sejak kecil, sedangkan orang tuanya entah kemana!
“baiklah … aku maafin kamu, tapi dengan satu syarat.”
“apa din.”
“kamu harus ikut aku nyebar undangan ke teman-teman.”
“tapi din gue …”
“enggak ada tapi-tapian, kalau kamu enggak mau, aku juga enggak mau nganter undangan itu.”
Akhirnya lala pun menerima persyaratan ku, dan kami pun berpelukan layaknya teletubies.

----
Macam-macam tanggapan teman sma dan kuliah saat menerima undangan dari lala

“eh …dini, ngapain kamu kesini.”
“ini ren, aku mau kasih undangan pernikahan lala.”
“lala.” Mata reni membelalak ketika aku meyerahkan undangan yang panjangnya sekitar 20 centi. Paduan warna pink dan biru muda membuat undangan itu terlihat manis dan elegant, apalagi dilengkapi dengan pita besar ditepinya.
“kamu serius ini undangan lala si anak haram itu.”
“apa loe bilang ?”
Tiba-tiba lala sudah ada dibelakangku.
“aku bilang, ini undangan loe si anak haram ?”
Plak … tiba-tiba saja lala menampar wajah reni.
“eh ren denger loh ya, jangan pernah bilang gue anak haram.”
“loh … emang kenyataannya ko, gue yakin nama ortu di undangan ini nama orang bayaran loe kan ?”
Tadinya lala mau menampar reni, tapi aku cegat.
“udah la, enggak usah diperpanjang.”
“eh din … wajar dong kalau gue marah, bisa-bisa nya dia masih manggil sebutan itu buat gue.” Sambil menunjuk reni.
“ya udah … kalau elo mau dateng silahkan, enggak dateng juga enggak apa, yang mau gue kasih tau sama loe, gue nikah sama anggota dewan.” Sambil tersenyum penuh kemenangan, lala pun menarik tangan ku.
“alah … paling-paling tuh anggota dewan loe pelet.” Teriak reni
Bagusnya lala  tidak mengubris ucapan reni.

----

“lala ? lala yang mana si din ?”
“itu loh fa, yang duduk sama aku.”
“oh cewek sombong itu, dapet jodohnya orang mana din ?”
“wakil rakyat fa.”
“hah  … wakil rakyat, serius lo ?”
“iya bener.”
“pantesan undangannya segede  alaihim gambreng.”
“waduh … kayaknya gue engga bakal dateng deh din, gila gue mau ngado apa kalo nikahannya di gedung ?”
“udah … yang penting kamu dateng aja, lumayan kan dapet makan gratis.” Ujar ku sambil tersenyum
“Ah … dasar loe, ohw ya, si lalanya mana ?”
“dia lagi di mobil fa, lagi enggak enak badan.”
“ohw … ya udah, bilang cepet sembuh sama dia ya.”
“okeh, aku pamit dulu ya fa, assalamua’laikum.”
“waa’laikum salam.”
Sengaja si lala tidak turun, katanya dia takut naik pitam lagi, jadi terpaksa aku berbohong sama ulfa.

----

“subhanallah, kamu dini ?”
“iya bener syarifah, kamu apakabar ?”
“alhamdulilah baik, kamu sekarang ngapain din ?”
“aku jadi bu guru sekarang, sesekali si ngirim tulisan ke media-media gitu.”
“alhamdulilah ya din … oya kamu mau ngapain kesini.”
“aku nyebar undangan.”
“barakallah ya din, semoga jadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.”
Aku tersenyum mendengar kata-kata syarifah.
“syarifah, bukan aku yang nikah tapi lala.”
“oh lala.”
“aku kira kamu, ya udah nanti aku usahain dateng.”

-----

“eh kamu din, tumben ke rumah aku, udah lama ya kita enggak ketemu.”
“iya na, oya ini ada undangan dari lala.”
“kamu masih jadi jongos nya cewek sombong itu din ?”
“jong … apa tadi na ?”
“jongos … jongos itu sama dengan pembantu.”
“ya ampun ko gitu si ngomongnya na, aku udah anggap dia jadi saudara aku na.”
“ya ampun kamu tuh din, mau aja dimanfaatin sama lala.”
“aku enggak ngerasa dimanfaatin sama lala kok na.”
“lah … buktinya,  sekarang lala mana ?”
“dia lagi fitting baju.”
“oh … kamu sendiri kapan nyusul din ?
“Insya Allah dalam waktu dekat , aku akan menyusul na.”
“ok, jangan lupa undang-undang aku ya.”

-----

“ini rumah rio ?”
“iya loe siapa ?”
“aku dini teman sma nya.”
“ya ampun din .. gue kira loe siapa, aku rio elo enggak kenal gue ?”
Rio yang ku kenal dulu, rambutnya gondrong, agak gemuk. Tetapi yang dihadapan ku rapih ini rapih,  rambutnya belah tengah, pakai kacamata dan tubuhnya udah normal.
“iya aku rio, kamu pasti kaget ya, yah maklum tuntutan kerja.”
“bagus dong ri, Allah itu suka keindahan dan sekarang kamu udah indah.”
“yah … bu ustdazah  ceramah, oya ngapain loe kesini ? sendirian ?”
“aku mau nganter undangan lala ri, sama lala tapi dia nunggu didepan gang.”
“gue kira elo yang nikah din, hampir aja gue jantungan.”
“haduhw … udah ya ri, aku balik dulu, kasian lala nunggu didepan.”
“gue anter ya.” Pinta Rio
“makasih ri, tapi enggak usah repot-repot  aku bisa sendiri kok.”

 --------

“lala nikah ?”
“kenapa gung, kok kamu enggak seneng gitu ?”
“enggak gue enggak nyangka aja, orang yang udah lama gue suka akhirnya nikah juga.”
“sabar ya gung, mungkin lala bukan jodoh kamu.”
“iya din, makasih ya, semoga gue sanggup liat dia dipelaminan nanti.”

 -----

 “undangan siapa neh din ?”
“undangan lala ji.”
“gila punya duit dari mana tuh orang beli undangan gede kayak gini.”
“alhamdulilah … lala kan sekarang udah kerja ji.”
“yah … walaupun udah kerja enggak mungkin lala bikin kartu undangan kayak gini din.”
“hah … calonnya anggota dewan din ?”
“iya.”
“o… pantes,  jangan-jangan  tuh orang korupsi lagi.”
“huss … jangang ngomong gitu dong ji, mending kita doain aja semoga pernikahannya lala berjalan sesuai dengan rencana.”

---

Satu minggu aku dan lala pergi menganter undangan ke teman-teman sma rasanya lelah sekali. Hari ini lala meminta aku untuk mengecek semua persiapan nikahnya mulai dari acara, gedung, dekor, fotografer, gaun pengantin dan lain-lain, maklum ini adalah H-5.
“la … sepertinya kamu belum beli cinderamata ?”
“ya ampun din … kok aku bisa lupa ya, padahal cinderamata itu penting din.”
Lala  pun mengambil telpon genggamnya.
“mas hakim …. Aku belum beli cinderamata mas.”
“tuh … kan kamu sibuk mulu, awas aja kalau nanti pernikahan kamu masih rapat, aku akan tarik paksa kamu ha ha …”
“iya … iya … becanda kok, ya udah aku minta anterin dini ya.”
“see you say …”
Lala pun mematikan hpnya.
“din … sekarang kita beli cinderamata yuk, gue tau tempat yang bagus.”
“haduhw… aku capek banged la, tadi aku abis nyuci dan besih-bersih dirumah.”
“ya ampun cin … kalau loe enggak nganter gue, siapa yang bisa gue tanyain nanti ?”
“ok … ok … tapi aku shalat ashar bentar ya.”
15 menit kemudian kami pun berangkat menuju tempat cinderamata langganan temannya lala. Waw … cinderamata nya lucu-dan unik-unik … pensil wayang, gelas imut, bingkai, sendal batik dan harganya pun diatas rata-rata.
“din … sini deh, tas nya lucu enggak ?”
“cantik la … tapi harganya lumayan tuh.”
“barusan aku kontak mas hakim, katanya enggak masalah din.”
“ohw … gitu, ya udah.” Aku menelan ludah … kalau tas ini dibeli sebanyak 1500 dikali dengan harga dibandrol ini haduhw …. Mahal sekali.
“din … elo yakin tas ini bagus ?”
“iya kok bagus.”
“tapi muka lo kok enggak yakin gitu ?”
“la … tas ini bangus banged, malah tas paling bagus yang pernah aku lihat.”
Lala pun tersenyum.
“oke mba gue  pesen tas ini 1500, kalau bisa 3 hari dari sekarang udah sampe ditempat gue.”
“iya mbak, nanti kalau udah tranfer langsung kasih kabar ke saya ya mbak.”
“sipp.” Lala mengancungkan jempolnya yang lentik.
“din … gue laper nih, kita beli makan yuk.”
“oke.”

Lalu mobil lala pun meninggalkan parkiran toko cinderamata Niken, menuju mall terdekat.


“loe pesen apa din …”
Seperti biasa lala kalau ngajak aku makan pasti di restorant jepang.
“aku pesen ume set .”
“wah … loe lagi laper ya ?”
“iya.” Jawab ku jujur.
“ya udah gue juga pesen ume set juga deh.”
Setelah menunggu sepersekian menit pesanan kami pun datang. Menu  Ume Set ini terdiri dari 5 jenis makanan Jepang paling favorit: Tenpura, Sukiyaki, Sashimi, Yakitori dan Sushi ditambah Miso sup. Baru makan beberapa suap, tiba-tiba saja aku ingin ke toilet.
“la … aku kebelakang bentar ya.”
“jangan lama-lama cin … kasian calon pengantin perempuan ditinggal sendiri ha.”
Aku mencari-cari toilet di mall ini, berputar melewati toko baju, beragam tas, sepatu  makanan siap saji … tunggu,  tunggu … rasanya aku mengenal orang yang ada didalam restoran siap saji itu, seseorang yang kukenal ,tetapi dia tidak mengenalku wajar saja … karena dia adalah orang yang paling ngetop di Headline koran minggu-minggu ini putih, dengan hidungnya yang mancung dan face yang kearab-araban, seperti nya aku lebih mengenal orang disampingnya, mereka terlihat akrab sekali, benar … aku sangat mengenali wajah itu …  itu kan mas hakim.

Bersambung …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar