Pendekatan
Mekanisme Universal
Dosen :Mirza Gulam Ahmad, S.Pd.
Kelompok 7
Syamsul Muda Istamar 201021500016
Irvan Erlangga 201021500049
Tri Utami 201021500103
Muthiur Rohman 201021500161
Sobriadi 201021500186
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS
INDRAPRASTA PGRI
Pendahuluan
Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Teori ini dikemukakannya pada tahun 1956 dengan terbitnya buku The Hidden God: a Study of Tragic Vision in the Pensees of Pascal and the tragedies of Racine. Teori dan pendekatan yang dimunculkannya ini dikembangkan sebagai sintesis atas pemikiran Jean Piaget, Geogre Lukacs, dan Karl Marx. Menurut Faruk (2003: 12) Goldmann percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Artinya, ia tidak berdiri sendiri, melainkan banyak hal yang menyokongnya sehingga ia menjadi satu bangunan yang otonom. Akan tetapi, Goldmann tidak secara langsung menghubungkan antara teks sastra dengan struktur sosial yang menghasilkannya, melainkan mengaitkannya terlebih dahulu dengan kelas sosial dominan. Sebab, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari sejarah yan terus berlangsung, proses strukturisasi dan destrukturisasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal teks sastra yang bersangkutan. Strukturalisme genetik mencoba mengkaitkan antara teks sastra, penulis, pembaca (dalam rangka komunikasi sastra), dan struktur sosial.
Ratna (2006: 122) mengatakan bahwa strukturalisme genetik memiliki implikasi yang lebih dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya.Sebuah struktur, bagi Goldmann, harus disempurnakan agar memiliki makna, di mana setiap gejala memiliki arti apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian seterusnya hingga setiap unsur menopang totalitasnya.
Untuk menghasilkan sebuah totalitas, Goldmann menawarkan metode dialektik yang pada prinsipnya pengetahuan mengenai fakta-fakta kemanusiaan akan tetap abstrak apabila tidak mengintegrasikannya ke dlaam keseluruhan. Karena itu metode dialektik menegmbangkan dua pasangan konsep, yaitu, “keseluruhan-bagian” dan “pemehaman-penjelasan”. Metode dialektik sama dengan metode posifistik, keduanya sama-sama bermula dan berakhir pada karya sastra. Hanya saja pada metode positivistik tidak mempertimbangkan persoalan koherensi struktural, metode dialektika mempertimbangkannya.
Strukturalisme genetik ini merupakan gerakan penolakan strukturalisme murni, yang hanya menganalisis unsur-unsur intrinsik saja tanpa mengindahkan hal-hal di luar teks sastra itu sendiri.Gerakan ini juga menolak peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang khas, bahasa sastra. (Ratna, 2006:121).
Secara definitif, Ratna (2006: 123) menjelaskan lebih lanjut bahwa strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul teks sastra. Meskipun demikian, sebagai teori yang sudah teruji validitasnya, strukturalisme genetic masih ditopang oleh beberapa konsep teori sosial lainnya; fakta kemanusiaan (Faruk, 1999: 12), subjek kolektif,pandangan dunia : strukturasi dan struktur,struktur karya sastra, dan dialektika pemahaman-penjelasan. Konsep-konsep inilah yang membawa strukturalisme genetik pada masa kejayaannya sekitar tahun 1980 hingga 1990.
Pembahasan
Strukturalisme Genetik
Goldman menyebut teorinya sebagai strukturalisme-genetik. Artinya, ia
percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur, akan tetapi struktur itu
bukan lah sesuatu yang statis, melainkan merupakan poduk dari proses sejarah
yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan di
hayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan.
Untuk menopang teorinya tersebut Goldman membangun
seperangkat konsep yang saling bertalian satu sama lain sehingga membentuk apa
yang disebutnya sebagai strukturalisme- genetic diatas. Konsep-konsep itu
adalah : Fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, dan
dialektika pemahaman dan penjelasan.
A. Fakta kemanusiaan
Fakta kemanusiaan merupakan hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami ilmu pengetahuan.Fakta kemanusiaan dalam Strukturalisme genetik dibagi kedalam dua bagian yaitu, fakta individual dan fakta sosial.Goldmann via Faruk (1999: 13) menganggap bahwa semua fakta kemanusiaan mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu.Fakta-fakta manusia ini memiliki arti karena bersentuhan dnegan subjek kolektif ataui individual. Dengan kata lain, Fakta-fakta kemanusiaan ini merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitar.
Dalam proses strukturasi dan akomodasi yang terus menerus suatu karya sastra sebagai fakta kemanusiaan, sebagai hasil aktivitas cultural manusia. Proses tersebut sekaligus merupakan genetic dari struktur karya sastra.
Fakta-fakta
kemanusiaan dikatakan mempunyai arti karena merupakan respon-respon dari subjek
kolektif atau individual. Dengan kata lain, fakta-fakta itu merupakan hasil usaha manusia mencapai
keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitar nya
(Goldman 1981 : 61).
B. Subjek Kolektif
Fakta kemanusiaan , seperti telah di
singgung, bukan lah sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil
aktivitas manusia sebagai subjeknya . dalam hal ini subjek fakta kemanusiaan
dapat di bedakan menjadi 2 macam, yaitu subjek individual dan subjek kolektif.
Subjek individual merupakan subjek fakta individual (libidinal), Sedangkan
subjek kolektif merupakan subjek fakta social (historis).
Revolusi
sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar, merupakan fakta
sosial (historis). Individu dengan dorongan libidonya tidak akan mampu
menciptakannya. Yang dapat menciptakannya hanya subjek trans-individual (
Goldman 1981:97 ; 1970:588-589). Subjek trans- individual bukanlah kumpulan
individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan satu
kesatuan, satu kolektivitas.
Akan tetapi, subjek kolektif atau trans-individual
merupakan konsep yang masih sangat kabur. Subjek kolektif itu dapat kelompok
kekerabatan, kelompok sekerja, kelompok territorial, dan sebagainya. Untuk
memperjelasnya, Goldman menspesifikasikannya sebagai kelas social dalam
pengertian marxsis, sebab baginya kelompok itulah yang terbukti dalam sejarah
sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandngan yang lengkap dan
menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah
umat manusia ( Goldman 1977:99 ; 1981:41).
C. Pandangan Dunia
Pandangan
dunia memicu subjek untuk mengarang, dan dianggap sebagai salah satu ciri
keberhasilan suatu karya.dalam rangka strukturalisme genetik, pandangan dunia
berfungsi untuk menunjukkan kecenderungan kolektivitas tertentu. Melalui
kualitas pandangan dunia inilah karya sastra menunjukkan nilai-nilainya, sekaligus
memperoleh artinya bagi masyarakat.
Menurut Goldmann via Faruk (1999: 15) pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial yang lainnya. Masih menurut goldman pandangan dunia merupakan kesadaran kolektif yang dapat digunakan sebagai hipotesis kerja yang konseptual, suatu model, bagi pemahaman mengenai koherensi struktur teks sastra.
Pandangan dunia ini berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya. Pandangan dunia tidak lahir dengan tiba-tiba , transformasi mentalitas yang lama secara berlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru dan teratasinya mentalitas yang lama.
Menurut Goldmann via Faruk (1999: 15) pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial yang lainnya. Masih menurut goldman pandangan dunia merupakan kesadaran kolektif yang dapat digunakan sebagai hipotesis kerja yang konseptual, suatu model, bagi pemahaman mengenai koherensi struktur teks sastra.
Pandangan dunia ini berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya. Pandangan dunia tidak lahir dengan tiba-tiba , transformasi mentalitas yang lama secara berlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru dan teratasinya mentalitas yang lama.
D. Struktur Karya Sastra
Karya
sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif seperti
yang di kemukakan di atas.Oleh karena itu, karya sastra mempunyai struktur yang
koheren dan terpadu. Didalam esainya yang berjudul “The Espitemology of
sociology” ( 981 : 55-74) Goldman mengemukakan dua pendapat mengenai karya
sastra pada umumnya. Pertama, bahwa karya sastra merupakan ekspresi pandangan
dunia secara imajiner.Ke-2, bahwa dalam usahanya mengekspresikan pandangan
dunia itu pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan
relasi-relasi secara imajiner.Dengan mengemukakan dua hal tersebut Goldman
dapat membedakan karya sastra dari filsafat dan sosiologi.Menurutnnya, filsafat
mengekspresikan pandangan dunia secara konseptual, sedangkan sosiologi dengan
mengacu pada empirisitas.
Dari
kedua pendapatnya itu jelas bahwa Goldman mempunyai konsep struktur yang
bersifat tematik.Yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh
dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada disekitarnya.
Sifat
tematik dari konsep struktur Goldman itu terlihat pula pada konsepnya mengenai
novel (Goldman 1977a).dengan mendasarkan diri pada Lukacs dan Girard, Goldman
mendefinisikan novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan
nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi.
Menurut
Goldman ( 1977:1-2 ) yang dimaksud dengan nilai-nilai yang otentk itu adalah
totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai-nilai yang
mengorganisasi sesuai dengan mode dunia sebagai totalitas.
Goldman
mengemukakan bahwa novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan
keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan
dunia. Keterpecahan itu pulalah yang membuat sang hero menjadi problematik.
E. Dialektika Pemahaman-Penjelasan
Goldman
mencoba untuk menyatukan analisis struktural dengan materialisme historis dan
dialektik.Baginya, karya sastra harus dipahami sebagai totalitas yang
bermakna.Ia berpendapat bahwa karya utama sastra dan filsafat memiliki kepaduan
total, dan bahwa unsur-unsur yang membentuk teks itu mengandung arti hanya
apabila bisa memberikan suatu lukisan lengkap dan padu tentang makna
keseluruhan karya tersebut (Damono, 1978: 40-41; 2009: 55). Unsur materialisme
historis dan dialektik ini yang membedakan dengan analisis struktural yang
otonom itu.
Dari
segi titik awal dan titik akhirnya, metode dialektik sama dengan metode positivistik.
Keduanya sama-sama bermula dan berakhir pada teks sastra.Hanya saja kalau
metode positivistik tidak mempertimbangkan persoalan koherensi struktural,
metode dialektik memperhitungkannya (Goldman 1977:8).
Prinsip
dasar dari metode dialektik yang membuatnya berhubungan dengan masalah
koherensi di atas adalah pengetahuannya mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang
akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya
kedalam keseluruhan (Goldman 1977:7). Sehubungan dengan itu metode dialektik
mengembangkan dua pasangan konsep, yaitu “keseluruhan bagian” dan
“Pemahaman-penjelasan”.
Karena
keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian juga tidak dapat di
mengerti tanpa keseluruhan, proses pencapaian pengetahuan denagn metode
dialektik menjadi semacam gerak yang melingkar terus menerus, tanpa diketahui
tempat atau titik yang menjadi pangkal atau ujungnya.
Seperti
telah dikemukakan, Goldman memandang karya sastra sebagai produk struturasi
pandangan dunia sehingga cenderung mempunyai struktur yang koheren.Sebagai
struktur yang koheren karya sastra merupakan satuan yang dibangun dari
bagian-bagian yang lebih kecil.Oleh karena itu, pemahaman terhadapnya dapat
dilakukan dengan konsep “keseluruhan-bagian”.
Yang
di maksud dengan pemahaman adalah usaha pendeskripsianstruktur objek yang
dipelajari (Goldman 1970:589), sedangkan penjelasan adalah usaha menggabungkannya
ke dalam struktur yang lebih besar (Goldman 1970:590). Dengan kata lain,
pemahaman adalah usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan
adalah usaha untuk mengerti makna bagian itu, dengan menempatkannya dalam
keseluruhan yang lebih besar.
Teknik
pelaksanaan metoda dialektikyang melingkar serupa itu berlangsung sebagai berikut.
1. Peneliti
membangun sebuah model yang dianggapnya memberikan tingkat probabilitas
tertentu atas dasar bagian
2. Melakukan
pengecekan terhadap model itu dengan membandingkannya dengan keseluruhan dengan
cara menentukan :
·
Sejauh mana setiap unit yang dianalisis
tergabungkan dalam hipotesis yang menyeluruh.
·
Daftar elemen-elemen dan
hubungan-hubungan baru yang tidak
diperlengkapi dalam model semula
·
Frekuensi elemen-elemen dan
hubungan-hubungan yang diperlengkapinya dalam model sudah dicek itu
Penelitian
dengan Metode Strukturalisme Genetik
Sapardi Djoko Damono memberikan ciri-ciri strukturalisme genetik sebagai suatu metode, yaitu:
Sapardi Djoko Damono memberikan ciri-ciri strukturalisme genetik sebagai suatu metode, yaitu:
1.
Perhatiannya terhadap keutuhan dan
totalitas: kaum strukturalis percaya bahwa yang menjadi dasar telaah
strukturalisme genetik bukanlah bagian-bagian totalitas tetapi jaringan
hubungan yang ada antara bagian-bagian itu, yang menyatukannya menjadi
totalitas.
2.
Strukturalisme genetik tidak menelaah
struktur pada permukaannya, tetapi struktur yang ada di balik kenyataan. Kaum
strukturalis berpandangan bahwa yang terlihat dan terdengar, misalnya, bukanlah
struktur yang sebenarnya, tetapi hanya bukti adanya struktur.
3.
Analisis yang dilakukan oleh kaum
strukturalis menyangkut struktur yang sinkronis (bukan diakronis). Perhatian
kaum strukturalis lebih difokuskan pada hubungan-hubungan yang ada pada suatu
saat di suatu waktu, bukan dalam perjalanan waktu. Struktur sinkronis dibentuk
oleh jaringan hubungan structural yang ada.
4.
Strukturalisme genetik adalah metode
pendekatan yang antikausal. Kaum strukturalis dalam analisisnya sama sekali
tidak menggunakan sebab-akibat; mereka menggunakan hukum perubahan bentuk.
Langkah-langkah
penelitian dengan metode strukturalisme genetik yang ditawarkan oleh Laurenson
dan Swingewood yang disetujui oleh Goldman:
1. penelitian
sastra itu dapat kita ikuti sendiri. Mula-mula diteliti strukturnya untuk
membuktikan bagian-bagiannya sehingga terjadi keseluruhan yang padu dan
holistik.
2. penghubungan
dengan sosial budaya. Unsur-unsur kesatuan karya sastra yang dihubungkan dengan
sosio budaya dan sejarahnya, kemudian dihubungkan dengan struktur mental yang
dihubungkan dengan dunia pengarang.
3. untuk
mencapai solusi atau kesimpulan digunakan metode induktif, yaitu metode
pencarian kesimpulan dengan jalan melihat premis-premis yang sifatnya spesifik
untuk selanjutnya mencari premis general.
Kesimpulan
Dari apa yang dipelajari pendekatan mekanisme
universal bahwa terdapat strukturalisme genetik. Adapun strukturalisme genetik yaitu:
a.
fakta
kemanusiaan
b. subyek kolektif
c.
pandangan
dunia
d. struktur karya sastra
e. dialektika pemahaman-penjelasan
dari kesemuanya telah dibahas dalam
makalah ini agar bisa dipelajari semuanya .
Daftar Pustaka
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta Pusat: Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Jakarta.
Faruk.1999. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strkturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jabrohim.2001. Metodologi Penelitian Sastra .Yogyakarta: Hanindika.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Faruk.1999. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strkturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jabrohim.2001. Metodologi Penelitian Sastra .Yogyakarta: Hanindika.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar