Jumat, 23 November 2012

Makalah: Pendekatan Mekanisme Universal



Pendekatan Mekanisme Universal
Dosen :Mirza Gulam Ahmad, S.Pd.
Kelompok 7
Syamsul Muda Istamar           201021500016
Irvan Erlangga                        201021500049
Tri Utami                                201021500103
Muthiur Rohman                     201021500161
Sobriadi                                 201021500186

FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


Pendahuluan

            Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Teori ini dikemukakannya pada tahun 1956 dengan terbitnya buku The Hidden God: a Study of Tragic Vision in the Pensees of Pascal and the tragedies of Racine. Teori dan pendekatan yang dimunculkannya ini dikembangkan sebagai sintesis atas pemikiran Jean Piaget, Geogre Lukacs, dan Karl Marx. Menurut Faruk (2003: 12) Goldmann percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Artinya, ia tidak berdiri sendiri, melainkan banyak hal yang menyokongnya sehingga ia menjadi satu bangunan yang otonom. Akan tetapi, Goldmann tidak secara langsung menghubungkan antara teks sastra dengan struktur sosial yang menghasilkannya, melainkan mengaitkannya terlebih dahulu dengan kelas sosial dominan. Sebab, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari sejarah yan terus berlangsung, proses strukturisasi dan destrukturisasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal teks sastra yang bersangkutan. Strukturalisme genetik mencoba mengkaitkan antara teks sastra, penulis, pembaca (dalam  rangka komunikasi sastra), dan struktur sosial.
Ratna (2006: 122) mengatakan bahwa strukturalisme genetik memiliki implikasi yang lebih dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya.Sebuah struktur, bagi Goldmann, harus disempurnakan agar memiliki makna, di mana setiap gejala memiliki arti apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian seterusnya hingga setiap unsur menopang totalitasnya.
            Untuk menghasilkan sebuah totalitas, Goldmann menawarkan metode dialektik yang pada prinsipnya pengetahuan mengenai fakta-fakta kemanusiaan akan tetap abstrak apabila tidak mengintegrasikannya ke dlaam keseluruhan. Karena itu metode dialektik menegmbangkan dua pasangan konsep, yaitu, “keseluruhan-bagian” dan “pemehaman-penjelasan”. Metode dialektik sama dengan metode posifistik, keduanya sama-sama bermula dan berakhir pada karya sastra. Hanya saja pada metode positivistik tidak mempertimbangkan persoalan koherensi struktural, metode dialektika mempertimbangkannya.
            Strukturalisme genetik ini merupakan gerakan penolakan strukturalisme murni, yang hanya menganalisis unsur-unsur intrinsik saja tanpa mengindahkan hal-hal di luar teks sastra itu sendiri.Gerakan ini juga menolak peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang khas, bahasa sastra. (Ratna, 2006:121).

            Secara definitif, Ratna (2006: 123) menjelaskan lebih lanjut bahwa strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul teks sastra. Meskipun demikian, sebagai teori yang sudah teruji validitasnya, strukturalisme genetic masih ditopang oleh beberapa konsep teori sosial lainnya; fakta kemanusiaan (Faruk, 1999: 12), subjek kolektif,pandangan dunia : strukturasi dan struktur,struktur karya sastra, dan  dialektika pemahaman-penjelasan. Konsep-konsep inilah yang membawa strukturalisme genetik pada masa kejayaannya sekitar tahun 1980 hingga 1990.






Pembahasan
Strukturalisme Genetik
          Goldman menyebut teorinya  sebagai strukturalisme-genetik. Artinya, ia percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur, akan tetapi struktur itu bukan lah sesuatu yang statis, melainkan merupakan poduk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan di hayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan.
            Untuk menopang teorinya tersebut Goldman membangun seperangkat konsep yang saling bertalian satu sama lain sehingga membentuk apa yang disebutnya sebagai strukturalisme- genetic diatas. Konsep-konsep itu adalah : Fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, dan dialektika pemahaman dan penjelasan.
A.    Fakta kemanusiaan

      Fakta kemanusiaan merupakan hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami ilmu pengetahuan.Fakta kemanusiaan dalam Strukturalisme genetik dibagi kedalam dua bagian yaitu, fakta individual dan fakta sosial.Goldmann via Faruk (1999: 13) menganggap bahwa semua fakta kemanusiaan mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu.Fakta-fakta manusia ini memiliki arti karena bersentuhan dnegan subjek kolektif ataui individual. Dengan kata lain, Fakta-fakta kemanusiaan ini merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitar.
Dalam proses strukturasi dan akomodasi yang terus menerus suatu karya sastra sebagai fakta kemanusiaan, sebagai hasil aktivitas cultural manusia. Proses tersebut sekaligus merupakan genetic dari struktur karya sastra.
      Fakta-fakta kemanusiaan dikatakan mempunyai arti karena merupakan respon-respon dari subjek kolektif atau individual. Dengan kata lain, fakta-fakta itu  merupakan hasil usaha manusia mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitar nya (Goldman 1981 : 61).

B.     Subjek Kolektif
      Fakta kemanusiaan , seperti telah di singgung, bukan lah sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil aktivitas manusia sebagai subjeknya . dalam hal ini subjek fakta kemanusiaan dapat di bedakan menjadi 2 macam, yaitu subjek individual dan subjek kolektif. Subjek individual merupakan subjek fakta individual (libidinal), Sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta social (historis).
Revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar, merupakan fakta sosial (historis). Individu dengan dorongan libidonya tidak akan mampu menciptakannya. Yang dapat menciptakannya hanya subjek trans-individual ( Goldman 1981:97 ; 1970:588-589). Subjek trans- individual bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas.
Akan  tetapi, subjek kolektif atau trans-individual merupakan konsep yang masih sangat kabur. Subjek kolektif itu dapat kelompok kekerabatan, kelompok sekerja, kelompok territorial, dan sebagainya. Untuk memperjelasnya, Goldman menspesifikasikannya sebagai kelas social dalam pengertian marxsis, sebab baginya kelompok itulah yang terbukti dalam sejarah sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandngan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia ( Goldman 1977:99 ; 1981:41).

C.    Pandangan Dunia
Pandangan dunia memicu subjek untuk mengarang, dan dianggap sebagai salah satu ciri keberhasilan suatu karya.dalam rangka strukturalisme genetik, pandangan dunia berfungsi untuk menunjukkan kecenderungan kolektivitas tertentu. Melalui kualitas pandangan dunia inilah karya sastra menunjukkan nilai-nilainya, sekaligus memperoleh artinya bagi masyarakat.
Menurut Goldmann via Faruk (1999: 15) pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial yang lainnya. Masih menurut goldman pandangan dunia merupakan kesadaran kolektif yang dapat digunakan sebagai hipotesis kerja yang konseptual, suatu model, bagi pemahaman mengenai koherensi struktur teks sastra.
Pandangan dunia ini berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya. Pandangan dunia tidak lahir dengan tiba-tiba , transformasi mentalitas yang lama secara berlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru dan teratasinya mentalitas yang lama.
D.    Struktur Karya Sastra
Karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif seperti yang di kemukakan di atas.Oleh karena itu, karya sastra mempunyai struktur yang koheren dan terpadu. Didalam esainya yang berjudul “The Espitemology of sociology” ( 981 : 55-74) Goldman mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya. Pertama, bahwa karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner.Ke-2, bahwa dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner.Dengan mengemukakan dua hal tersebut Goldman dapat membedakan karya sastra dari filsafat dan sosiologi.Menurutnnya, filsafat mengekspresikan pandangan dunia secara konseptual, sedangkan sosiologi dengan mengacu pada empirisitas.
Dari kedua pendapatnya itu jelas bahwa Goldman mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik.Yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada disekitarnya.
Sifat tematik dari konsep struktur Goldman itu terlihat pula pada konsepnya mengenai novel (Goldman 1977a).dengan mendasarkan diri pada Lukacs dan Girard, Goldman mendefinisikan novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi.
Menurut Goldman ( 1977:1-2 ) yang dimaksud dengan nilai-nilai yang otentk itu adalah totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai-nilai yang mengorganisasi sesuai dengan mode dunia sebagai totalitas.
Goldman mengemukakan bahwa novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan dunia. Keterpecahan itu pulalah yang membuat sang hero menjadi problematik.
E.     Dialektika Pemahaman-Penjelasan
Goldman mencoba untuk menyatukan analisis struktural dengan materialisme historis dan dialektik.Baginya, karya sastra harus dipahami sebagai totalitas yang bermakna.Ia berpendapat bahwa karya utama sastra dan filsafat memiliki kepaduan total, dan bahwa unsur-unsur yang membentuk teks itu mengandung arti hanya apabila bisa memberikan suatu lukisan lengkap dan padu tentang makna keseluruhan karya tersebut (Damono, 1978: 40-41; 2009: 55). Unsur materialisme historis dan dialektik ini yang membedakan dengan analisis struktural yang otonom itu.
Dari segi titik awal dan titik akhirnya, metode dialektik sama dengan metode positivistik. Keduanya sama-sama bermula dan berakhir pada teks sastra.Hanya saja kalau metode positivistik tidak mempertimbangkan persoalan koherensi struktural, metode dialektik memperhitungkannya (Goldman 1977:8).
Prinsip dasar dari metode dialektik yang membuatnya berhubungan dengan masalah koherensi di atas adalah pengetahuannya mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya kedalam keseluruhan (Goldman 1977:7). Sehubungan dengan itu metode dialektik mengembangkan dua pasangan konsep, yaitu “keseluruhan bagian” dan “Pemahaman-penjelasan”.
Karena keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian juga tidak dapat di mengerti tanpa keseluruhan, proses pencapaian pengetahuan denagn metode dialektik menjadi semacam gerak yang melingkar terus menerus, tanpa diketahui tempat atau titik yang menjadi pangkal atau ujungnya.
Seperti telah dikemukakan, Goldman memandang karya sastra sebagai produk struturasi pandangan dunia sehingga cenderung mempunyai struktur yang koheren.Sebagai struktur yang koheren karya sastra merupakan satuan yang dibangun dari bagian-bagian yang lebih kecil.Oleh karena itu, pemahaman terhadapnya dapat dilakukan dengan konsep “keseluruhan-bagian”.
Yang di maksud dengan pemahaman adalah usaha pendeskripsianstruktur objek yang dipelajari (Goldman 1970:589), sedangkan penjelasan adalah usaha menggabungkannya ke dalam struktur yang lebih besar (Goldman 1970:590). Dengan kata lain, pemahaman adalah usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk mengerti makna bagian itu, dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar.
Teknik pelaksanaan metoda dialektikyang melingkar serupa itu berlangsung sebagai berikut.
1.      Peneliti membangun sebuah model yang dianggapnya memberikan tingkat probabilitas tertentu atas dasar bagian
2.      Melakukan pengecekan terhadap model itu dengan membandingkannya dengan keseluruhan dengan cara menentukan :
·         Sejauh mana setiap unit yang dianalisis tergabungkan dalam hipotesis yang menyeluruh.
·         Daftar elemen-elemen dan hubungan-hubungan baru  yang tidak diperlengkapi dalam model semula
·         Frekuensi elemen-elemen dan hubungan-hubungan yang diperlengkapinya dalam model sudah dicek itu
Penelitian dengan Metode Strukturalisme Genetik
            Sapardi Djoko Damono memberikan ciri-ciri strukturalisme genetik sebagai suatu metode, yaitu:
1.      Perhatiannya terhadap keutuhan dan totalitas: kaum strukturalis percaya bahwa yang menjadi dasar telaah strukturalisme genetik bukanlah bagian-bagian totalitas tetapi jaringan hubungan yang ada antara bagian-bagian itu, yang menyatukannya menjadi totalitas.
2.      Strukturalisme genetik tidak menelaah struktur pada permukaannya, tetapi struktur yang ada di balik kenyataan. Kaum strukturalis berpandangan bahwa yang terlihat dan terdengar, misalnya, bukanlah struktur yang sebenarnya, tetapi hanya bukti adanya struktur.
3.      Analisis yang dilakukan oleh kaum strukturalis menyangkut struktur yang sinkronis (bukan diakronis). Perhatian kaum strukturalis lebih difokuskan pada hubungan-hubungan yang ada pada suatu saat di suatu waktu, bukan dalam perjalanan waktu. Struktur sinkronis dibentuk oleh jaringan hubungan structural yang ada.
4.      Strukturalisme genetik adalah metode pendekatan yang antikausal. Kaum strukturalis dalam analisisnya sama sekali tidak menggunakan sebab-akibat; mereka menggunakan hukum perubahan bentuk.
Langkah-langkah penelitian dengan metode strukturalisme genetik yang ditawarkan oleh Laurenson dan Swingewood yang disetujui oleh Goldman:
1.      penelitian sastra itu dapat kita ikuti sendiri. Mula-mula diteliti strukturnya untuk membuktikan bagian-bagiannya sehingga terjadi keseluruhan yang padu dan holistik.
2.      penghubungan dengan sosial budaya. Unsur-unsur kesatuan karya sastra yang dihubungkan dengan sosio budaya dan sejarahnya, kemudian dihubungkan dengan struktur mental yang dihubungkan dengan dunia pengarang.
3.      untuk mencapai solusi atau kesimpulan digunakan metode induktif, yaitu metode pencarian kesimpulan dengan jalan melihat premis-premis yang sifatnya spesifik untuk selanjutnya mencari premis general.


Kesimpulan
 Dari apa yang dipelajari pendekatan mekanisme universal bahwa terdapat strukturalisme genetik.  Adapun strukturalisme genetik yaitu:
a.       fakta kemanusiaan
b.      subyek kolektif
c.       pandangan dunia
d.      struktur karya sastra
e.       dialektika pemahaman-penjelasan
dari kesemuanya telah dibahas dalam makalah ini agar bisa dipelajari semuanya .










Daftar Pustaka
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta Pusat: Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.
Faruk.1999. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strkturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jabrohim.2001. Metodologi Penelitian Sastra .Yogyakarta: Hanindika.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar