KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah seru sekalian alam telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua untuk tetap berada dalam keiman dan keislaman. Selawat dan salam semoga tetap kita sanjungsajikan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Syukur
alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT memberi kami kesehatan sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini
berisikan tentang Bentuk-bentuk prosa dan Pendekatan kajian Prosa.
Kami
sebagai penyusun menyadari mungkin banyak kesalahan serta kekurangan yang ada
dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat bagi kita semua.
PENDAHULUAN
1.Latar
Belakang
Mengenal
lebih dalam tentang mata kuliah kajian Prosa Fiksi Drama. Serta Bentuk-bentuk
Prosa dan Pendekatan Kajian Prosa.
2.Maksud
dan Tujuan
Untuk
memenuhi tugas kelompok dari dosen kami Bapak Mirza Ghulam Ahmad S.Pd serta
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Bentuk-bentuk Prosa dan Pendekatan
Kajian Prosa bagi kelompok kami juga
pembaca.
PENGERTIAN PROSA
Kata
prosa berasal dari bahasa Latin prosa yang artinya terus terang. Sedangkan
menurut kamus besar bahasa Indonesia, prosa adalah karangan bebas yang tidak
terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi. Secara sempit prosa adalah karya
imajiner dan estetik. Dalam kesusastraan juga disebut fiksi, teks naratif, wacana
naratif.
Menurut
Abrams, prosa paling sering diartikan sebagai penggunaan bahasa sehari-hari
yang dibedakan dari pola-pola pengulangan satuan bahasa bermetrum pada baris
puisi. Prosa dalam pengertian ini dipertentangkan dengan puisi Eropa lama yang
memiliki metrum sebagai salah satu aturan terikat dari puisi. Prosa hanya
berlaku untuk sastra karena istilah ini adalah istilah sastra. Jenis tulisan
prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya,
prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat,
serta berbagai jenis media lainnya.
Jenis-jenis Prosa
1. Prosa Lama
Prosa
lama adalah karya sastra yang belum terpengaruh oleh budaya Barat.
Bentuk-bentuk
prosa lama:
a.
Hikayat
Berasal
dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran,
putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan
kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat
kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam
sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra
Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
b.
Sejarah (tambo)
Adalah
salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa
sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta.
Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah
yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama.
Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang
yang ditulis tahun 1612.
c.
Kisah
Adalah
cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke
tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah
Abdullah ke Jedah.
d.
Dongeng
Adalah
suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu
sebagai berikut:
1)
Fabel
Adalah
cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa
pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah Kancil
dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan
Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung
Centawi.
2) Mite (Mitos)
Adalah
cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau
hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang
termasuk jenis mitos, adalah Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang
Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian.
3) Legenda
Adalah
cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau
wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu.
4) Sage
Adalah
cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian,
kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage, adalah
Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji.
5)
Parabel
Adalah
cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan
ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman,
Mahabarata, Bhagawagita.
6)
Dongeng Jenaka
Adalah
cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing
dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu
Nawas.
e.
Cerita Berbingkai
Adalah
cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh
pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.
2. Prosa Baru
Prosa
baru adalah adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra
atau budaya Barat.
Bentuk-bentuk
prosa baru:
a.
Roman
Roman
adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan
segala suka dukanya. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas
beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
1) Roman Transendensi
Di
dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang
dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan
Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
2) Roman Sosial
Adalah
roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang
dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh:
Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis Sutan Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
3)
Roman Sejarah
Adalah
roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa
sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja
oleh Nur Sutan Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul
Muis.
4)
Roman Psikologis
Adalah
roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan
perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak
Menjadi Lembu oleh Nur Sutan Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
5) Roman Detektif
Adalah
roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering
menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai
kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan
Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b.
Novel
Novel
berasal dari Italia, yaitu novella yang berarti berita. Novel adalah bentuk
prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting,
paling menarik dan yang mengandung konflik. Biasanya novel lebih pendek
daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus,
Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta
Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
c.
Cerpen
Cerpen
adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan
pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik
atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib
pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul
Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo,
Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
d.
Riwayat
Riwayat
(biografi) adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup
pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain
sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto
Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
e.
Kritik
Kritik
adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan
memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang
sifatnya objektif dan menghakimi.
f.
Resensi
Resensi
adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama,
dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari
berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga
disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut
dibaca atau dinikmati.
g.
Esai
Esai
adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan
pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan,
renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena social, politik,
pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat
sangat subjektif atau sangat pribadi.
Pendekatan Kajian Prosa
1.
Kajian Historis-Biografis
Telaah
ini berangkat dari anggapan bahwa karya sastra merupakan refleksi dari
kehidupan dan zaman yang dialami pengarang. Atas dasar itu, kajian ini lebih
diarahkan pada adanya kesesuaian atau tidak—atau seberapa banyak kejadian atau
peristiwa-peristiwa tertentu ada atau mempengaruhi suatu karya sastra.
2.
Kajian Moral-Filosofis
Kajian ini berpangkal dari dasar pikiran
bahwa karya sastra itu merupakan media menyampaikan nilai-nilai, ajaran-ajaran
religi maupun falsafah. Dengan demikian, arah telaah ini lebih ditujukan kepada
upaya menemukan nilai-nilai moral atau pendidikan yang terdapat di dalam suatu
karya sastra.
3.
Kajian Formalitas
Telaah
ini berangkat dari dasar pikiran bahwa karya sastra itu terdiri dari bentuk dan
isi. Yang dimaksud dengan bentuk ialah semua unsur yang dimanfaatkan untuk
menyampaikan isi. Sementara itu yang dimaksud dengan isi ialah segala hal yang
terdapat di dalam bentuk.
Bertolak
dari pikiran itu, sasaraan telaah lebih ditujukan kepada bagaimana bentuk karya
sastra yang ditelaah tersebut dan apa yang hendak disampaikan oleh karya sastra
bersangkutan.
4.
Kajian Strukturalisme
Telaah
ini berangkat dari dasar pendapat bahwa karya sastra itu merupakan sebuah
sistem. Setiap unsur pembangun karya sastra itu berkait dengan unsur lain.
Masing-masing unsur hanya bermakna dalam keterkaitanny dengan unsur lain. Dengan
dasar itu, arah telaah ini ditujukan untuk melihat bagaimana keterkaitan atau
jalinan antarunsur pembangun karya sastra yang ditelaah tersebut
5.
Kajian Semiotis
Telaah
ini berangkat dari dasar pikiran bahwa sastra itu merupakan salah satu sistem
tanda yang bermakna yang menggunakan medium bahasa. Sementara itu bahasa
sendiri sebenarnya juga mempunyai sistem tanda yang bermakna.
Oleh
karena itu, maka sastra dikatakan sebagai sistem tanda sekunder sedangkan
bahasa sebagai sistem tanda primer. Dalam memahami sastra dengan pendekatan
semiotik, hal yang harus diperhatikan adalah bahwa arti yang dapat diungkapkan
dari sastra bukan semata-mata datang dari konvensi sastra, tetapi untuk
memahami sastra pembaca harus memahami kode bahasa, kode sastra, dan kode
budaya.
6.
Kajian Sosiologis
Telaah
ini berangkat dari dasar pikiran bahwa ada keterkaitan antara sastra dan
masyarakat. Atas dasar itu, kajian sosiologis biasanya lebih diarahkan kepada
(misal) sejauh mana sastra mencerminkan kehidupan masyarakat pada saat karya
sastra itu muncul, apa fungsi karya sastra itu bagi masyarakat, dan bagaimana
dampak karya sastra itu bagi masyarakat pembacanya.
7.
Kajian Resepsi Estetika
Telaah
ini berangkat dari dasar pikiran bahwa yang menentukan makna karya sastra itu
adalah pembaca. Respon pembaca sangat ditentukan oleh pengetahuannya mengenai
sastra, latar belakang pendidikannya, budayanya, keyakinannya, dan sebagainya.
Dengan demikian, maka hasil kajian seseorang terhadap suatu karya sastra dapat
berubah-ubah. Jadi, berdasarkan pendekatan ini sebuah teks tidak memiliki arti
objektif.
8.
Kajian Psikologis
Telaah ini memiliki 4 kemungkinan:
a)
studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi
b)
studi proses kreatif
c)
studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra
d)
studi dampak karya sastra pada pembaca (psikologi pembaca)
Contoh Prosa
Legenda
Batu Menangis
Di
sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan, hiduplah seorang janda
miskin dan anak perempuannnya. Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun
sayang, dia memiliki perangai yang buruk. Gadis itu amat malas, tidak pernah
membantu ibunya bekerja. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Suatu
hari, anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar
desa itu amat jauh sehingga mereka harus menempuh perjalanan yang jauh. Anak
gadis itu berjalan melenggang dengan dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar dikagumi kecantiknnya.
Sementara, ibunya berjalan di belakangnya sambil membawa keranjang dengan
memakai pakaian yang dekil. Karena mereka hidup ditempat yang terpencil, maka
tak seorang pun tahu bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan
anak.
Ketika
mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Orang – orang
terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama pemuda desa. Namun, saat
melihat orang yang berjalan di belakang anak itu, sungguh kontras keadaannya.
Hal ini membuat orang bertanya-tanya.
Diantara
orang yag melihat itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu. ”Hai,
gadis cantik. Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?”
Namun
apa jawaban gadis itu? “Bukan,“ katanya angkuh. ”Ia adalah pembantuku.”
Kedua
ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekat
lagi seorang pemuda dan bertanya kepada gadis itu.
”Bukan,
bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. ”Ia adalah budakku.”
Begitulah
setiap ada seseorang yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya begitu.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka itu, si ibu masih bisa
menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawaban yang sama,
akhirnya si ibu yang malang itu tidak dapat menahan diri. Si ibu berdoa:
”Ya
Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba tega memperlakukan
hamba seperti ini. Ya Tuhan, hukumlah anak hamba! Hukumlah ....”
Atas
kuasa Tuhan, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu.
Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah
badan, anak gadis itu menangis dan memohon ampun kepada ibunya.
”Oh,
Ibu. Ibu Ampuni saya, ampunilah kedurhakaan anakamu selama ini. Ibu... Ibu...
Ampuni anakmu.”
Anak
gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi semua
telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu.
Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih
menitikkan air mata, seperti sedang menangis.
Kumpulan Cerita Rakyat
Nusantara: Pustaka Agung Harapan
PENUTUP
Prosa
merupakan karya sastra dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh rima, jumlah
baris, dan sebagainya. Prosa meliputi hikayat, sejarah, kisah, dongeng, cerita
berbingkai, roman, novel, cerpen, riwayat (biografi), kritik, resensi, esai.
Prosa memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik..
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, Wahyudi.
2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo.
Agni, Binar. 2010.
Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta: Hi-Fest Publishing.
S, Yudiono K. 2007.
Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar