Selasa, 11 Desember 2012

Berpacu Dengan Kemacetan Ibukota



Ditengah terik nya kota Jakarta sore ini aku masih memacu kuda besi ku tuk mengantarkan document terakhirku ke sebuah kantor di kawasan Thamrin Jakarta pusat. Ku lihat jam di tangan ku sudah menunjukkan pukul 4 sore ketika aku tiba di gedung tersebut. Segera aku berlari kecil setelah ku parkirkan kuda besi ku. “ duh… mudah-mudahan aku masih bisa sampai di kantor sebelum jam 5”. Gumam ku dalam hati takut aku telat mengejar waktu kuliah.
Pukul 5 sore kurang lima menit ketika ku lirik jam tangan ku setibanya aku di kantor ku. Buru-buru langsung saja ku ambil tas ku dan segera aku pergi ke toilet tuk mengganti pakaian ku. “dert…dert…” Hp disaku celanaku bergetar singkat menerima kiriman sms. Segera ku ambil dan ku baca pesan yang tertera di hp ku. “Kamu kuliah gak” isi sms dari lia teman skelas ku, ternyata. “iya aku kuliah. Sekarang aku lagi siap-siap dulu sebentar. Kamu dah rapi?” balas ku. “udah, sekarang aku lagi mau jalan ke sahid neh. Ya udah aku tunggu di Play ground ya…” balas lya. “iya.” Balas ku singkat. Lalu segera kuselesaikan urusanku mengganti baju yang sempat tertunda.
Ku ambil motor ku di parkiran dan segera kuarahkan ke sahid tuk menjemput lya. “ayo naik,dah hampir setengah 6 nanti kita telat masuk kelasnya pak mirza lagi.” Ujar ku pada lia yang kutemui di depan apt sahid sambil ku serahkan helm padanya. “gak kok…” jawab lia sambil mengambil helm yang kuserahkan padanya, lalu kemudian naik keatas motorku. Baru 200 meter ku jalankan motor ku keluar dari lingkungan apartemen sahid, aku sudah dihadapkan dengan kemacetan yang sangat parah. Sampai-sampai aq harus menempuh 30 menit hingga ke jalan Dr Satrio yang biasanya hanya ku tempuh 10 menit saja. “ tumben macet nya parah banget ada apaan seh ya…” celoteh lya pada ku. “ gak tau neh, kalo dah kaya gini bisa-bisa baru sampe jam setengah 8 neh di kampus” ujar ku. Sesampainya di putaran balik pertama di jln Satrio aku memutuskan untuk memutar balik dan mengambil arah ke blok m saja pikirku. “ya ampun… macet juga lagi ya.” Gerutu ku. “ya udah lah, sabar aja gak usah buru-buru. Pak mirza kan baik dia juga pasti ngertiin kok.”ujar lya. “baik seh baik, Cuma tugas kelompok ku kan aku yang bawa, aku ga enak sama anak-anak kalo sampai telat ngumpulinnya.”
Pukul setengah 7 malam aku baru sampai di jalan siaga pasar minggu, lagi-lagi jalan yang mau ke arah UNAS itu macet total tidak seperti biasanya. Hanya 10 km/h kecepatan yang bisa kutempuh dengan sepeda motorku untuk bisa menembus kemacetan ini. “hmm… ada demo rupanya,ya. Pantes aja macet total begini, jalannya aja di tutup.” Kataku pada lia. “lagi ada demo apa seh tuh?” Tanya lya pada ku. “kayanya seh demo memperingati tragedi unas deh.” Jawab ku. “tragedi unas?” “iya dulu kan sempat ada demo besar di lingkungan unas sampai ada kericuhan dengan polisi yang mengejar para mahasiswa sampai ke dalam lingkungan kampus dan sempat ada korban.” Ujar ku memberi penjelasan.
Pukul 19.15 WIB aku dan lya akhirnya tiba juga di Grafika tempat aku kuliah. Ku parkirkan sepeda motorku dan kemudian bergegas ke kelas ku yang ada di lantai 2. “lho kok ga pada masuk mang ga ada dosennya…?” Tanya ku penuh heran melihat teman-teman sekelas ku masih pada bercanda ria di depan tangga. “gak ada sob, pak mirza sama bu sri hari ini gak masuk. Mereka Cuma ngasih tugas aja tuh.” Kata aris salah satu teman sekelas ku. “walah… wis capek-capek kena macet parah malah ora ana dosenne sing melebu.” Lya ikut bersuara. “terus tugas kelompoknya kapan, ris di kumpulinnya?” Tanya ku lagi pada aris. “Minggu depan, sob sekalian sama tugas yang baru di kasih.” “oooo…..” ujarku sedikit kecewa karena tak ada dosen yang masuk hari ini.
Dengan kejadian yang aku alami hari ini Secara tidak langsung Allah telah memberikan aku pelajaran untuk bisa lebih bersabar dan berjiwa besar menerima kenyataan yang ada bukan hanya mengeluh. Toh, untuk bisa sukses itu butuh kesabaran dan pengorbanan yang besar,bukan...

By: Sobriadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar