Selasa, 23 Oktober 2012

Cerpen : Arti Selembar Lima Puluh Ribu Buat Iza

By Izha Aulia in KOSMIT (KOmunitas Sastra Malam IndraprasTa)
Emm .. cerita ini beneran F I K T I F ... jadi jangan ditanya ya, siapa iza, refa, bu jannah apalagi rangga ha ha ha ...

C E K I D O T teman-teman


“cari pinjemin kemana lagi neh ?”
Hari ini iza sedang bingung, karena sampai tanggal 08 juni kemarin gajinya belum keluar di TK Al Falah, dia ingat kemarin siang Bu Fifi bilang.
“za … maaf ya uang gaji kamu mungkin baru keluar minggu depan, soalnya anak-anak belum bayaran.”
Iza hanya bisa menelan ludah, padahal tadi pagi sebelum mengajar dia pinjem uang sama refa teman kost-annya.
“tenang fa, ntar abis pulang ngajar, aku ganti deh uang kamu.”
“bener yah, inget sama yang ini utang kamu jadi tujuh puluh ribu sama aku.”
“iya inget non, pokoknya pulang ngajar nanti orang pertama yang aku temuin adalah kamu okey ?”
Refa hanya mengedipkan matanya, maklum sama-sama anak kost jadi kalau pinjem uang resikonya harus cepat-cepat diganti. Akhirnya dengan senyum yang getir setelah pulang ngajar iza minta maaf sama refa. Iza tau walaupun refa bilang tidak apa-apa tapi iza menangkap kekecewaan dimata refa “maafin aku ya fa.” Ujar iza dalam hati.
Hari ini iza bertambah pusing, gajiannya belum keluar, tanda bensin di motornya sudah memerah, dan yang lebih gawatnya lagi nanti malam dia mesti ngampus soalnya malam ini ada matakuliah “Sosiologi sastra”. Kalau boleh memilih dia mau tidak masuk, tetapi rasanya tidak mungkin karena 2 kali pertemuan berturut-turut iza selalu absen mata kuliah itu, kalau malm ini dia tidak juga kuliah mungkin bisa-bisa dia mengulang tahun depan oh .. tidakkkk … teriak iza dalam hati.
Hari sudah menanjak senja, cacing di perut iza meronta-ronta minta makanan, tadi pagi iza hanya membeli bubur ayam Rp. 3000 dan dari siang sampai sore ini dia belum mengisi perutnya walau dengan sesuap nasipun.
“za ngelamun aja, ikut ibu ke pasar yuk, besok pagi ibu mau ada acara dirumah jadi mesti siap-siap dari sekarang.”
Lama iza berpikir … sekarang sudah jam setengah empat, kalau dia ke pasar sampai abis magrib berarti dia tidak bisa mengikuti matakuliah “Sosiologi Sastra” meskipun dia tidak tau nanti malam kuliah atau tidak, kalau pun nanti datang terlambat percuma saja, karena untuk urusan disiplin pak Mirza sangat ketat, jadi mahasiswa yang telat 0, sekian detik pun tidak akan diabsen.
“tapi … nanti malam iza kuliah bu.”
“enggak sebentar aja kok, ibu cuma mau beli ayam 5 ekor sama kue-kue, takutnya nanti malam ada keluarga yang datang, ibu belum masak apa-apa.”
Iza tidak enak menolak permintaan Bu Jannah, karena Bu Jannah selalu baik kepada iza dan kawan-kawan, tidak jarang bu jannah membawakan nasi lengkap dengan lauk-pauknya ke kostan iza. Rumah bu jannah persis disamping kostan liza.
“okeh deh bu, kita jalan sekarang ya, biar pulangnya lebih cepet.”
Di pasar bu jannah sibuk memilih ayam-ayam segar,  bu jannah selalu menawar setengah dari harga tersebut.
“ayamnya seekor berapa bang ?”
“ tiga puluh dua ribu bu.”
“ dua puluh lima ribu yah ?”
“wah … enggak dapet bu, kalau ibu beli semuanya saya juga engga akan kasih harga segitu.” Jawab tukang penjual ayam itu sinis. AkhirnyaBu Jannah membeli ayam dengan harga dua puluh delapan ribu per ekor di tempat lain, bu jannah juga membeli aneka kue basah seperti risol, pastel, donat, dan lain-lain. Iza membantu Bu Jannah membawa beberapa ekor ayam dan tiga bungkus kue basah. Kami sampai condet tepat jam 18.00.
“Makasih ya za, maaf neh ngerepotin soalnya anak-anak ibu lagi pada kerja.”
“iya bu jannah enggak apa-apa kok, seneng bisa bantu ibu belanja, jadinyakan za tau teknik tawar-menawar he he he.”
“ya udah ibu masuk dulu ya.”
“iya bu.”
Allahu Akbar … Allahu Akbar …
Adzan magrib berkumandang, walau capek dan lelah iza mesti menjalankan kewajibannya yang satu ini. Setelah menunaikan shalat magrib iza bimbang, dia ingin kuliah tapi bensinnya menipis kalau pun dipaksakan bisa-bisa dia ngedorong sampai kampus, mau pinjem uang sama refa orangnnya enggak ada, lagi pula utang yang kemarin saja belum dibayar, mau pinjem ke teman-teman yang lainnya juga tidak mungkin karena hanya iza satu-satunya yang tidak ada kegian hari ini. Tiba-tiba saja embun mengalir dari mata liza “Ya Allah … bagaimana ini ?” ucapnya dalam hati.  Lamat-lamat terdengar suara salam dari bawah, maklum kostan liza ditingkat atas, sedangkan ibu kost dan keluarganya tinggal di lantai bawah. Seperti suara Desi anak Bu Jannah, iza pun melongok kebawah.
“assalamua’laikum.” Benar itu desi, dia membawa sepiring kue emm … sepertinya itu kue yang tadi dibeli pikir liza.
“waa’laikumsalam,  kenapa des ?”
“ini kak iza ada titipan dari mama, desi naik katas ya.”
“naik aja des.” Sesampainya diatas desi memberikan sepiring kue basah itu kepada iza.
“oya kata mama makasih banyak, besok datang ya sama kak refa, kak Nadya pokoknya semua anak kostan disini deh ke ulang tahun desi, terus ini buat ka iza dari mama.” Desi menyerahkan selembar uang lima puluh ribu.
“ohw … jadi besok ulang tahun desi toh, iya-iya nanti ka iza sama teman-teman Insya Allah datang, wah .. enggak usah repot-repot des, kasih ke mama aja ya.”
“kata mama, kalau enggak diterima mama marah kak sama desi dan ulang tahun besok enggak jadi dirayain deh.”desi berkata sambil cemberut, maklum anak itu baru berumur tujuh tahun, jadi dia ingin sekali ulang tahunnya dirayakan, padahal kalaupun iza tidak menerima uang itu perayaan ulang tahun desi pasti akan dirayakan, akhirnya iza menerima uang itu … karena sebenarnya dia sangat membutuhkan uang itu. Untuk membayar cicilan hutangnya sama refa dan membeli bensin.
“terimakasih ya Allah.” Ujarnya dalam hati. Akhirnya setelah desi pergi, iza langsung bersiap-siap untuk kuliah. Waktunya tinggal 30 menit lagi, tak lupa ia mengisi bensinnya dengan full.
Sesampainya di kampus, iza langsung berlari menuju kelasnya dilantai dua. Alhamdulilah .. akhirnya sampai juga didepan pintu kelasnya.
“Assalamualaikum pak, saya boleh masuk kan”
“silahkan, kamu belum terlambat sekarang jam 18.59 lewat 59 detik, sedetik saja kamu telat kamu akan tahu resikonya.”
iza pun melangkah masuk dan siap menerima pelajaran dari pak mirza.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar